Isu yang berkembang liar ini kemudian memicu masyarakat untuk tidak lagi menjaga diri seperti awal pandemi. Nggak heran jika jumlah kasusnya meningkat ekstrem seperti yang terjadi beberapa waktu belakangan.
Menanggapi hal ini, Dicky Chresthover Pelupessy, Ph.D, Psikolog Sosial Universitas Indonesia memaparkan, sikap abai ini disebabkan salah satunya karena masyarakat sudah jengah akan kondisi pandemi.
Baca Juga: Penjelasan Psikolog Kenapa Orang Cenderung Lebih Galak saat Ditegur
Karenanya kita dianjurkan untuk tetap menjaga diri dan mengingatkan orang terdekat agar kuat-kuat nih mematuhi protokol kesehatan.
"Jangan lelah saling mengingatkan apalagi sekarang kasusnya ekstrem," terangnya dikutip dari Kompas.com, Rabu (22/06/2021).
Sayangnya, banyak dari kita merasa frustasi karena sulit mengingatkan orang sekitar termasuk orangtua soal bahaya Corona yang masih mengintai.
Terkait hal ini, Dicky punya sejumlah saran yang bisa diaplikasikan, didengungkan bahkan dibisikan ke yang lain:
- Kasih gambaran situasi saat ini
Sampaikan bahwa dampak Corona semakin dekat dan sulit untuk dihindari apabila tidak menjaga diri. Lebih baik mencegah biar nggak kena daripada sampai mengalami antre untuk masuk RS Isolasi misalnya.
"Sampaikan soal susahnya UGD, situasi sedang kolaps dan peningkatan kasus," jelasKetua Pusat Krisis Universitas Indonesia ini,.
Sertakan informasi detail termasuk data, berita dari media terpercaya, dan contoh kasus yang terjadi.
Dokter Dicky juga mengingatkan, penting untuk menyampaikannya dengan bahasa sederhana namun mendetail.
Tujuannya, orang tersayang memahami soal krisis kesehatan yang memang sedang terjadi dari paparan tersebut.
Baca Juga: Viral Jenazah Korban Covid-19 Tergeletak di Depan Rumah, Warga Tak Mau Gotong Takut Tertular
- Gampangan pencegahan kok
"Sampaikan bahwa pakai masker dan cuci tangan itu lebih tidak menderita dan hanya repot sedikit dibandingkan positif Corona," terang Dicky.
Uraikan bahwa pencegahan jauh lebih baik dilakukan dibandingkan harus berjuang dirawat di rumah sakit lalu terpisah 14 hari atau lebih. Naudzibillah, nggak mau dong? (*)