HAI-Online.com - Kebiasaan baik selama pandemi, seperti mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, juga menggunakan hand sanitizer sebaiknya diteruskan, guys.
Pasalnya, mencuci tangan dan memakai alkohol pembersih tangan adalah bentuk pencegahan penyakit yang egektif, biar ketika memegang makanan atau anggota tubuh lainnya seperti wajah, hidung, telinga, tangan kita sudah lebih steril dari bakteri dan virus jahat yang menerpa.
Nah, di balik kebiasaan baik untuk sering mencuci tangan dan menggunakan hand sanitizer, ternyata ada sejumlah dampak langsung dirasakan pada kulit.
Baca Juga: Viral Video Cewek Masturbasi di IKEA Tiongkok, Pengunjung Nggak Sadar
Padahal, kulit sebagai barrier (penghalang) masuknya benda asing termasuk virus harus juga dijaga kesehatan dan kelembapannya. Terlebih saat musim pandemi Covid-19 seperti ini.
Nggak heran, Dokter Spesialis Kulit - Dermatologi Kosmetik dr. Lilik Norawati, Sp.KK, FINSDV, FAADV mengatakan, kulit kering tidak bisa diabaikan begitu saja.
"Kulit kering bisa membuat kamu lebih rentan terhadap bakteri atau infeksi. Mengapa? Karena kurangnya kelembapan, kulit tangan akan mudah pecah-pecah, menciptakan jalan masuk bagi mikro organisme seperti bakteri, virus, jamur yang selanjutnya dapat menimbulkan masalah baru," terangnya.
Yang sudah-sudah, penggunaan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol, seringnya dapat menyebabkan dermatitis atau eksim berkepanjangan.
Kalo dibiarkan, kulit tangan uang kering juga akan mengalami infeksi atau eksim, tentunya hal ini akan mengganggu fungsi tangan, sehingga mengganggu juha kegiatan sehari-hari.
Baca Juga: Ada Gejala Baru Corona: Kulit Jadi Kemerahan dan Gatal-Gatal
"Berdasarkan pengalaman saya menangani pasien selama pandemik Covid 19, ternyata masalah kulit timbul tidak hanya akibat sering mencuci tangan atau penggunaan hand sanitizer yang berlebihan atau terlalu sering, tapi juga terjadi akibat penggunaan masker dalam jangka waktu lama," katanya menambahkan.
Dokter Lilik menjelaskan, penggunaan masker dapat mengakibatkan kekambuhan jerawat pada orang yang mempunyai bakat jerawat (terutama terjadi di daerah yang tertutup masker), luka-luka akibat tekanan, dan dermatitis kontak.
Faktor pencetus masalah kulit akibat penggunaan masker antara lain lingkungan yang panas, lembap, dan oklusi akibat tekanan masker dapat menyebabkan kekambuhan atau memperparah jerawat, tekanan pada bagian hidung dapat menyebabkan luka, tali ikat masker dapat menyebabkan dermatitis kontak, dan bahan kain masker yang menempel ketat dapat menyebabkan iritasi.
Efek jangka panjang masalah-masalah kulit tersebut akan menimbulkan bercak-bercak hitam akibat iritasi atau luka, atau jaringan parut akibat jerawat.
Masalah ini tidak hanya terjadi pada masyarakat umum tetapi juga terjadi pada petugas kesehatan di rumah sakit, apalagi petugas medis yang berhadapan langsung dengan pasien Covid 19 tentu lebih ketat menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dalam jangka waktu yang lama dan sering.
Dr. Abraham Arimuko, Sp.KK, MARS, FINSDV, FAADV, Dokter Spesialis kulit – Dermatologi Kosmetik, mengatakan, pemakaian APD yang lebih intens ini menjadi muncul banyak keluhan.
Baca Juga: 5 Hal yang Nggak Disangka Bikin Tubuh Nggak Lemas Saat Puasa, Salah Satunya Nggak Banyak Tidur
Mulai dari iritasi atau rasa pedih saja, muncul ruam, dan lecet. Bisa juga muncul bisul kecil-kecil, bahkan bisa kambuh herpes yang muncul di sekitar sudutmulut. Selain itu, bisa timbul jerawat dan pigmentasi inflamasi, dimana kulit menjadi hitam-hitam.
"Paling menyedihkan adalah kulit menjadi hitam-hitam, karena ada iritasi kronis. Untuk petugas medis wanita yang masih muda, ini sangat menyedihkan," kata Dr. Abraham.
Tidak hanya orang dewasa, pada saat pandemi seperti ini, semua bisa berdampak, termasuk anak-anak.
dr. Tina Wardhani Wisesa, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV mengatakan, secara garis besar kulit adalah organ paling luar dari tubuh, baik itu untuk orang dewasa maupun anak-anak.
Ada beberapa langkah yang bsia dilakukan dalam melakukan perawatan kulit agar tetap lempap, pertama yakni membersihkan, melembapkan, dan melindungi.
Pada proses pembersihan, dapat dilakukan dengan mandi menggunakan sabun dan suhu air yang tidak terlalu panas Selanjutnya, pada proses melembapkan, kita dapat memberikan pelembap pada seluruh tubuh, termasuk tangan dan kaki berupa jenis lotion.
Ketiga, Dokter Lilik menyarankan, setelah mencuci tangan, langsung gunakan pelembap. Artinya, pelembap harus digunakan sepanjang waktu.
Begitu pula bagimereka yang menggunakan masker dalam jangka waktu lama dan sering. Gunakan pelembap sebelum menggunakan masker.
Pilih pelembap yang cocok dengan kulit wajah. Contoh, untuk kulit wajah berminyak, bisa menggunakan pelembap yang jenis lotion, sedangkan untuk kulit yang kering, bisa menggunakan pelembap yang jenisnya cream.
Baca Juga: Tau Nggak? Minum Rebusan Kulit Pisang Ternyata Banyak Manfaatnya Lho
Dokter Lilik mengatakan, saat ini terdapat beberapa pelembap khusus yang dapat memperbaiki barrier kulit yang rusak, karena tidak semua pelembap dapat memperbaiki barrier kulit yang rusak.
Contoh pelembap yang dapat memperbaiki barrier kulit adalah pelembap dengan kandungan Pseudo-Ceramide. Pseudo-Ceramide mempunyai kemampuan untuk memproteksi kulit dan membantu memperbaiki barrier kulit yang rusak akibat pencucian yang sering.
Selain kandungan pelembap, aplikasi pelembap yang sering adalah hal yang penting bagi mereka yang memiliki kekeringan kulit dan juga untuk mencegah terjadinya kekeringan kulit.
Medical Affairs Manager Soho Global Health, dr. Melissa Djaja, mengatakan pelembab dengan kandungan Pseudo-Ceramide bermanfaat di dalam membangun struktur lipid yang ada pada lapisan kulit, didukung oleh teknologi MLE® (Multi-Lamellar Emulsion) yang menjadikannya sama persis seperti struktur 3 dimensi pelindung kulit yang ada pada manusia.
Teknologi ini menghasilkan pelembab yang dapat menjadi solusi ideal untuk memperbaiki pelindung kulit pada kondisi kulit kering dan sensitif.(*)