Nggak Terlalu Populer, 5 Tokoh Ini Ngasih Pengaruh Penting Buat Pemuda

Senin, 28 Oktober 2019 | 19:30
HAI Online/Farhan Haidar

Ilustrasi 91 tahun sumpah pemuda 28 Oktober 1928 - 2019.

HAI-ONLINE.COM - Beken, keren, dan gaul. Kayaknya ini jadi cerminan pemuda banget ya. Tapi jangan salah sob, pemuda yang keren itu nggak selamanya harus populer, tapi bisa ngasih pengaruh penting buat pemuda di generasi lo, atau mungkin generasi setelah lo.

Bertepatan dengan sumpah pemuda, sejumlah tokoh penting jadi populer karena peristiwa bersejarah ini. Kayak Muhammad Yamin misalnya, yang pada akhirnya jadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di era Soekarno.

Padahal banyak banget sosok pemuda yang juga ada di sana. Mereka nggak terlalu populer, tapi justru ngasih pengaruh besar buat kita sebagai pemuda.

HAI merangkum 5 pemuda yang nggak populer tapi bisa ngasih pengaruh buat lo:

1. Soegondo Djojopoespito

tribunmanado.com

Soegondo Djodjopoespito

Soegondo Djojopoespito lahir di Tuban pada 22 Februari 1905. Mengenyam pendidikan dasar di Tuban, dia kemudian meneruskan sekolahnya ke MULO (sekolah menengah lanjutan) di Surabaya pada tahun 1919. Dia mondok di kediaman HOS Cokroaminoto bareng Soekarno. Setelah lulus pada 1922, Soegondo melanjutkan pendidikannya ke Yogyakarta. Oleh pamannya, ia dititipkan mondok di kediaman Ki Hajar Dewantara.

Soegondo kemudian tumbuh berkembang sebagai aktivis muda di bidang pendidikan. Dialah yang memimpin jalannya Kongres Pemuda II, pada 28 Oktober 1928 alias 91 tahun lalu, yang hari ini dikenal sebagai hari Sumpah Pemuda.

Setelah Indonesia merdeka, Soegondo menghabiskan hidupnya sebagai praktisi di bidang akademik dengan menjadi pengajar, juga kepala sekolah.

Kepemimpinan dan semangatnya dalam memperjuangkan apa yang dia suka, secara nggak sadar banyak banget ‘diikutin’ oleh generasi muda era sekarang.

Baca Juga: Kalau Belum Update, iPhone 5 Nggak Akan Bisa Internetan Lagi

2. Dolly Salim

Wikipedia

Dolly Salim, penyanyi pertama lagu Indonesia Raya.

Wanita bernama lengkap Theodora Athia Salim ini merupakan anak pertama dari Haji Agus Salim, salah satu tokoh kemerdekaan Republik Indonesia. Dia lahir pada 26 Juli 1913. Dolly mengikuti acara Kongres Pemuda II (sekarang dikenal sebagai Sumpah Pemuda) 28 Oktober 1928 walaupun nggak termasuk kedalam anggota kongres. Dan dia menjadi orang pertama yang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Acara Kongres Pemuda II ditutup dengan ‘pemutaran’ lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman secara instrumental, setelah Supratman menggesekkan biolanya.

Hadirin yang terpukau dengan penampilan Supratman, akhirnya meminta lagu itu dinyanyiin lagi. Dan akhirnya, Dolly-lah yang terpilih untuk nyanyiin lagu tersebut.

Dia ngafalin lirik lagunya di luar kepala. Tapi, lirik “merdeka, merdeka” dalam Indonesia Raya diubah jadi “mulia, mulia” karena adanya tindakan represif dari Pemerintah Hindia Belanda yang tidak memperbolehkan ada kata “merdeka” selama kongres berlangsung.

Setelah berhasil menyanyikan lagu tersebut, Dolly disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin. Dan sejak kejadian itu, ia disebut sebagai orang pertama yang bawain lagu Indonesia Raya, yang kemudian ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Dolly menghabiskan hidupnya dengan aktif sebagai Wanita Persahi (Persatuan Sarjana Hukum Indonesia). Ia meninggal di Jakarta pada tahun 1990.

Baca Juga: Punya Prestasi, Bukan Sensasi! 5 Anak Muda Ini Bikin Kita Bangga jadi Orang Indonesia

3. SM Amin

Wikipedia

SM Amin, tokoh pemuda yang jadi Gubernur pertama Sumatera Utara.

Sultah Muhammad Amin (SM Amin) adalah Gubernur pertama Sumatera Utara. Dia adalah Gubernur Muda yang punya nama kecil Krueng Raba Nasution. Seperti dilansir kompas.com, SM Amin menjadi Komisaris Jong Sumatranen Bond, yang turut serta di dalam Kongres Pemuda II di Jakarta.

SM Amin juga dikenal sebagai pengacara yang banyak ngebantuin para pejuang kemerdekaan saat mereka harus berhadapan dengan lembaga hukum Pemerintah Hindia Belanda.

SM Amin banyak bertugas sebagai pengacara di Kuta Radja, sekarang Banda Aceh. Pada tahun 1930, SM Amin dikenal sebagai penggagas Komisi Besar Indonesia Muda.

Masuk era kemerdekaan, SM Amin ditunjuk sebagai Gubernur Muda Sumatera Utara, yang dilantik pada 14 April 1947 di gedung Wali Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Ia meninggal di Jakarta, 16 April 1993 pada usia 93 tahun.

Baca Juga: Cocok Ditonton Pas Sumpah Pemuda, Ini 5 Film Dokumenter Terkait Kehidupan Anak Muda

4. Wikana

Wikipedia

Wikana, Menteri Negara Urusan Pemuda Indonesia (sekarang Menpora)

Wikana merupakan Menteri Negara Urusan Pemuda (sekarang jadi Menpora) pertama di Indonesia. Dia lahir di Sumedang, 18 Oktober 1914. Meski nggak terlalu populer, ia punya peran penting dalam proses proklamasi kemerdekaan Indonesia, sob. Bersama Chairul Saleh, Sukarni, dan pemuda-pemuda lainnya dari Menteng 31, dia nyulik Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok. Tujuan penculikan ini adalah agar kedua Founding Fathers ini segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, pascakekalahan Jepang dari sekutu dalam Perang Dunia II tahun 1945.

Saat Soekarno membacakan teks proklamasi, 17 Agustus 1945, Wikana juga membujuk para militer Jepang supaya mereka nggak ngeganggu pembacaan teks proklamasi tersebut.

Setelah Indonesia merdeka, ia kemudian menjabat Menteri Negara Urusan Pemuda di Indonesia dari 29 Juni 1946 sampai 29 Januari 1948.

Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Dilakukan Milenial untuk Memaknai Hari Sumpah Pemuda

5. Siti Soendari

Kompas.com

Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928.

Siti Soendari lahir di Semarang, 25 Agustus 1905. Dia merupakan satu dari sedikit wanita yang dapat menikmati pendidikan di zaman penjajahan Belanda. Setelah tamat sekolah, Sundari sempat bekerja sebagai guru di Kweekschool, Surakarta.

Saat Kongres Pemuda II berlangsung 28 Oktober 1928, Sundari menjadi satu dari 6 peserta wanita yang hadir pada kongres tersebut. Nggak cuma hadir, dia juga menjadi pembicara pada kongres tersebut dengan membahas beberapa masalah seperti pendidikan, kebudayaan, pengajaran dan kewanitaan. Dia menyampaikan materi tersebut dengan Bahasa Belanda.

Selain Kongres Pemuda II, Sundari juga menyampaikan pidato pada Kongres Perempuan II di Yogyakarta pada tahun 1928. Pada kongres ini, dia menyampaikan pidato berbahasa Indonesia yang berjudul “Kewadjiban dan Tjita-Tjita Poetri Indonesia”.

Soendari berpendapat, sudah sepatutnya wanita di Indonesia kala itu mampu menghasilkan kehidupan berbangsa melalui Bahasa Indonesia, layaknya kongres pemuda di Jakarta.

Baca Juga: Mengingat Kembali, Ini Tiga Lokasi Rapat dalam Melahirkan Sumpah Pemuda

Itu dia, sob, sederet tokoh pemuda yang nggak terlalu populer di telinga kita, tapi bisa ngasih inspirasi untuk lintas generasi buat niru semangatnya. Dari militansi, semangat, hingga capaian yang mereka dapet, sedikit-banyaknya punya kemiripan dengan semangat anak muda era sekarang buat ngedapetin kemerdekaan berpikir. Bener nggak?

Nah, mungkin lo punya tokoh muda favorit lainnya, sob?

Tag

Editor : Alvin Bahar

Sumber Kompas.com