HAI-Online.com -Hutan penyumbang 20 persen oksigen dunia, Amazon mengalami kebakaran terparah sejak tahun 2013 lalu, di mana Badan Penelitian Luar Angkasa Brasil (INPE) menyebut bahwa api yang menjalar di kawasan tersebut mencapai 18.267 kilometer persegi.
Apabila dibandingkan dengan kota yang ada di Indonesia, kebakaran di Hutan Amazon tahun ini telah menghanguskan sekitar 28 kali luas wilayah DKI Jakarta (661,5 kilometer persegi).
Menurut Nigel Sizer dari Rainforest Alliance, meningkatnya jumlah area yang terbakar disinyalir merupakan dampak dari dukungan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro terhadap petani lahan untuk melakukan pembersihan di kawasan Hutan Amazon.
"Dengan yakin, kami dapat mengatakan bahwa pemerintah sudah memberikan lampu hijau terhadap aksi pembakaran dan perusakan secara ilegal," terang Nigel dikutip dari USA Today.
Baca Juga: Leonardo DiCaprio Berkomitmen Sumbang Rp 71 Miliar untuk Pelestarian Hutan Amazon
Berkaca pada hal tersebut, pemerintah Brasil ataupun negara-negara lainnya patut mengikuti kebijakan yang diterapkan Presiden Indonesia, Joko Widodo untuk mengatasi akar penyebab kebakaran hutan seperti deforestasi dan buruknya pengelolaan lahan gambut.
Sejak tahun 2015, Presiden Jokowi menerapkan sejumlah kebijakan, di antaranya menciptakan badan restorasi lahan gambut, memperpanjang moratorium deforestasi,denda bagi penyebab kebakaran, hingga memperkuat kemampuan penegak hukum maupun tim pemadam.
Hasilnya, jumlah area dengan suhu tinggi (hot spot) mengalami penurunan signifikan dari tahun ke tahun, di mana dari 2.400 titik panas yang ada pada tahun 2017, kini tinggal tersisa 508 aja selama enam bulan pertama 2019.
Seperti yang dilansir HAI dari OZY, penurunan jumlah hot spot yang ada di Indonesia ini sendiri digambarkan oleh satelit Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA).
Baca Juga: Kabur Usai Jambret Mahasiswi, Pelajar SMA Ini Malah Tewas Nabrak Pohon
Sementara itu, World Resources Institute menyebutkan bahwa tingkat deforestasi (penggundulan hutan) di Indonesia juga mengalami penurunan, di mana dari kehilangan 1 juta hektar hutan pada 2016, menurun 40 persen menjadi 400 ribu hektar pada 2017.
"Pemerintah lebih serius dalam masalah kebakaran dan kabut asap sejak 2015," terang Senior Forest and Climate Manager di WRI Indonesia, Arief Wijaya, sambil menjelaskan bahwa pihak berwenang sekarang rajin untuk mengejar pihak penyebab kebakaran hutan.
Awal tahun ini, pemerintah Indonesia meluncurkan Pusat Lahan Gambut Tropis Internasional bekerja sama dengan para ahli global dan beberapa negara asing, termasuk Peru, Republik Demokratik Kongo dan Republik Kongo.
Pusat Lahan Gambut Tropis Internasional ini bertujuan untuk memberikan dukungan dan berbagi kemajuan Indonesia sebagai model bagi negara-negara tropis di Amerika Selatan dan Afrika yang berurusan dengan meningkatnya deforestasi.
Baca Juga: Manusia Jangan Mau Kalah! Viral Video Burung Gagak Buang Sampah pada Tempatnya
Kembali terpilih untuk menjadi Presiden pada periode 2019-2024, Presiden Jokowi awal Agustus mengumumkan bahwa dia akan menjadikan moratorium deforestasi permanen, di mana jutaan hektar hutan tropis dan lahan gambut akan tetap terlarang untuk perkebunan selamanya.
Keren! Semoga langkah-langkah yang diterapkan Indonesia dalam mencegah kebakaran hutan bisa diikuti oleh negara lain ya. (*)