Menurut Psikolog, Sobat Ambyar Didi Kempot Bukan Fans Karbit

Selasa, 23 Juli 2019 | 17:15
HAI/Ricky Nugraha

Didi Kempot saat tampil di acara Ngobam

HAI-online.com -Penyanyi campursari legendaris, Didi Kempot, belakangan ini memang tengah ramai diperbincangkan di media sosial karena didaulat dengan gelarGodfather of Broken Heart.

Bukancuma julukan Lord Didi yang terkenal,lagu-lagu lawasnya pun kembali populer di kalangan anakmuda yang menyebut diri mereka sebagai sadboy, sadgirl maupun sobat ambyar.

Namun, kenapa Didi Kempot dengan lagu Campursari berbahasa Jawanya bisa melejit dan disukai banyak kalangan?

Laelatus Syifa, seorang psikolog dari Universitas Sebelas Maret Solo mengatakan bahwa fenomena kembalinya Lord Didinggak lepas dari peran sosial media.

Baca Juga: Ngobam Didi Kempot Jadi Konser Patah Hati Buat Para Sadboys dan Sadgirls

"Menurut saya, ini efek dari media sosial yang bisa memviralkan keasikan lagu Didi Kempot yang berbeda dengan lagu-lagu sekarang. Lagu Didi Kempot punya ciri khas tersendiri daripada musik saat ini," ungkap Syifa kepada Kompas.com.

Fungsi media sosial yang memviralkan lagu Didi Kempot berperan besar dalam menaikkan trend lama yang sudah berlalu.

Apalagi, lagu-lagu lama dirasa lebih mampu memberikan sensasi luapan perasaan seseorang.

Jika berbicara lagu Didi Kempot yang sarat patah hati dan kesendirian, Syifa menduga lagu-lagu pedih ini mampu menjadi perwakilan perasaan insan muda.

Baca Juga: Ngobam Didi Kempot: Gofar Kira Cuma 50 Orang, Ternyata Sampai 1.500 yang Dateng

"Kalau dalam ilmu psikologi, seni memang bisa digunakan untuk mengekspresikan emosi. Istilahnya katarsis emosi," imbuh Syifa.

Meski banyak para milenial mulai menggemari Didi Kempot dan lagu-lagunya, Syifa menilai mereka bukan penggemar musiman yang hanya bertahan dalam waktu singkat dan ikut-ikutan trend.

"Bisa jadi memang karena viral, kemudian anak-anak muda menemukan sensasi unik dari karya-karya Didi Kempot. Bisa dikatakan, ini rasa lama yang fresh kembali di antara lagu-lagu patah hati yang itu-itu saja," ujar Syifa.

Selain itu, sebuah studi yang diterbitkan ilmuwan Jepang di Frontiers In Emotion Science (13/6/2013), juga mengungkap bahwa manusia cenderung senang mendengar lagu sedih seperti tembang Didi Kempot.

Baca Juga: Bakal Ngobam Bareng Didi Kempot, Gofar Hilman: Gue Mau Ikut Andil Menjaga Aset Budaya

Perasaan senang dan damai setelah mendengar lagu sedih adalah hal wajar karena sesekali kita ingin ikut merasakan emosi sedih dengan mendengar lagu sedih. Ketika harapan itu tercapai, kemudian kita merasa puas dan senang.

Ada perasaan-perasaan ambigu yang membuat lagu sedih dengan bahasa apapun nyaman untuk dinikmati.

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Dari Kacamata Psikolog, Sobat Ambyar Didi Kempot Bukan Fans Musiman."

Editor : Alvin Bahar

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya