HAI-online.com - Masa-masa awal sekolah kali ini agak beda, nih. Soalnya, sejak terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 18 Tahun 2016 tentang pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa baru, masa osrientasi siswa (MOS) atau sekarang berubah nama jadi masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), nggak serame dan seseru dulu lagi.
Ada perbedaan yang jelas saat kita dihadapkan dengan MOS jaman dulu dengan MOS jaman sekarang. Dulu, OSIS merupakan panitia utama dalam menyelenggarakan MOS. Semua agenda dibuat oleh kepanitiaan OSIS, sedangkan guru-guru hanya sedikit memberikan pengarahan dan materi. MOS jaman dulu juga terasa lebih menakutkan bagi sebagian siswi, takut kena gertak oleh senior.
Sementara jaman sekarang, khususnya di tahun 2018 ini, kegiatan MOS murni diselenggarakan oleh sekolah dengan kepanitian utama adalah guru. Semua susunan acara dibuat dan dilaksanakan oleh panitia guru. OSIS hanya berperan sebagai pengarah dan kakak pendamping dari gugus-gugus. MOS tahun ini sekitar 80% waktunya dihabiskan di dalam ruangan alias mendengarkan materi yang sudah disiapkan.
Cek Juga:Dari Tentang Bully Sampe Tawuran, Ini JawabanSenior TentangHal Yang Ditakuti Junior Di Sekolah
Anak baru ngerasa bosen
Monotonnnya masa orientasi udah diakui sama para anak baru. Arsyalia Witri contohnya, peserta MOS dari SMAN 2 Cibinong. Doi ngaku bosen dengan masa orientasi di sekolah.
“Gue sih lebih suka MOS yang kayak jaman dulu. Lebih seru aja dan nggak ngebosenin. Nggak melulu di kelas dengerin materi. Ya, walaupun ada sedikit senioritasnya, gue sih lebih suka yang gitu. Lebih ada kenangannya,” kata siswi yang biasa dipanggil Acha itu.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Rendi, “Kalo gue sih lebih suka yang dikerjain, soalnya lebih menantang aja, seru juga. Ya paling agak repot karna rumah gue jauh dari sekolah. Tapi selebihnya sih oke-oke aja.”
Namun, hal yang bertolak belakang disampaikan oleh Rizkiawan. Dia bilang seneng-seneng aja sama sistem MOS yang sekarang. Dia bilang bahwa sistem MOS yang seperti tahun ini lebih menyenangkan. Terlebih lagi, menurutnya, dengan sistem MOS yang seperti sekarang, sudah nggak ada lagi yang namanya bullying dan kekerasan.
“MOS yang kayak gini juga bisa dikenang kok. Malah akan lebih banyak pengalaman senengnya dari pada pengalaman buruk,” katanya.
Gilang dari SMK Warsito juga pendapat senada. Dia ngerasa seneng-seneng aja karena di sekolahnya, kakak-kakak OSIS tetap terlibat di acara untuk bikin games. “Selama MPLS kami main games. Lebih banyak serunya. Karena kakak pembinanya juga asik,” kata Gilang.