HAI-ONLINE.COM, California - Suatu hari di luar bangunan Museum of Making Music, terdapat harpa raksasa yang senarnya memenuhi lapangan parkir. Seorang laki-laki memainkan musik dari harpa tersebut, yang dinikmati puluhan pengunjung.Sementara itu di dalam museum, ratusan orang mengagumi pembuatan musik. Di museum ini, "Hari Membuat Musik" nggak hanya diperingati setiap 21 Juni, melainkan setiap hari, kata Carolyn Grant seorang pejabat Museum of Making Music."Kami ingin setiap anak yang mengunjungi museum ini untuk memetik senar, menekan kunci, memukul drum, atau apa saja untuk membangkitkan semangat," kata Carolyn Grant.
Laura Jordan-Smith memperkenalkan putrinya, yang berumur 2 tahun, pada musik sejak dini."Ritme dan melodinya, dan dia senang mempelajari lirik, terutama lagu-lagu dengan gerakan tangan dan hal-hal yang dia sukai yang kami lakukan di kelas musiknya," kata Laura Jordan-Smith, ibu dari anak berumur 2 tahun.
Cek: 5 Film Ini Bercerita Tentang Piala Dunia, Ayo Tonton Sebelum Final!Apakah memainkan sebuah instrumen atau hanya mendengarkan, musik menawarkan sesuatu bagi setiap orang, termasuk Katrina Farrand."Dia menyukai musik dan dia pandai menyanyi, jadi itu bagus. Saya nggak bisa memainkan instrumen, tapi saya suka musik," kata Katrina Farrand.
Bagi Carolyn Grant, tak ada yang bisa mengalahkan serunya pertunjukan live music atau dimainkan secara langsung. "Apakah Anda memainkannya sendiri atau mendengarkannya secara live, membangkitkan antusiasme kita," kata Carolyn Grant.Museum ini merayakan instrumen dan musisi yang membuat musik, baik amatir atau pun profesional. Jenis musiknya pun sangat beragam, kata musisi William Close."Ada Beethoven, Pachelbel's Canon, dan juga musik yang lebih modern seperti Philip Glass," kata William Close.Bagi para pengunjung, museum ini adalah tempat dimana mereka bisa merasakan keindahan musik, ritme dan melodi -- serta pengaruhnya bagi diri kita. [vm/jm]
Artikel ini pertama kali tayang di VOA Indonesia dengan judul ""Museum Membuat Musik" Tampilkan Keceriaan Bermusik"