Beda dengan Syed Saddiq yang menolak kuliah di Oxford, Shamma justru menyelesaikan kuliah di Universitas Inggris itu di jurusan Ilmu Politik.
Kiprah perpolitikan Shamma telah hadir di mana-mana, Bro. Mulai dari sebagai reksadana di negara sendiri sampai lembaga perwakilan UEA di PPB. Nggak tanggung-tanggung, di PBB itu dia aktif menjadi pengamat politik global, pengamat politik kedutaan besar, sekaligus berperan di kantor Perdana Menteri dalam lembaga penelitian pengembangan pemuda.
Sebagai Menteri Pemuda, Shamma tentu memfokuskan dirinya pada hal-hal terkait kepemudaan. Ia menyoroti permasalahan-permasalahan yang acap kali melanda generasi muda di negaranya.
Menurutnya pemuda di Arab pun tak berbeda dengan pemuda di negara lain yang ingin bersekolah di universitas terbaik serta karir gemilang. Tugas utamanya memang untuk menetapkan rencana sekaligus strategi pembangunan di UEA yang menyasar pemuda untuk meningkatkan kemampuannya dalam banyak bidang, termasuk swasta. Beragam prestasi telah ia raih, bahkan sedari 2015 lalu. Dalam tugasnya di San Fransisco, Amerika Serikat pada suatu konferensi ia meraih penghargaan, Bro yakni Distinction Award Mansour bin Zaid Al Nahyan. Doi juga dapat Coutts Future Leader Award pada 2015, loh!
Sekarang, berapa umurmu, sob? Maksimalkan potensi, yuk, dan jadilah versi terhebat dari dirimu. Nggak mesti jadi menteri, kok, untuk menadai hebat!