HAI-ONLINE.COM - Bumi Manusia, novel pertama dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer akhirnya difilmkan. Setelah beberapa waktu banyak yang mengharapkan kisah ini dapat diangkat ke layar lebar akhirnya penantian itu tinggal menunggu waktu. Nah, sembari menunggu rilisnya film yang disutradarai Hanung Bramantyo ini, nggak salah juga kan baca beberapa hal yang perlu lo ketahui tentang Bumi Manusia ini.1. Minke, sosok utama di buku Bumi ManusiaMinke di sini adalah tokoh fantasi seorang Pram (sapaan akrab eyang Pramoedya Ananta Toer) yang mengangkat kisah hidup dari seorang tokoh nasional bernama Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (1880-1918). Nah si Minke ini dikisahkan sebagai tokoh pemuda Hindia Belanda yang pemberontak. Menjadi pemberontak di sini bukan berarti Minke jadi bengal atau gimana ya sob. Maksudnya tuh Minke selalu berusaha memberontak dengan kolonialisme yang dialami tanah airnya, selain itu Minke juga berusaha memberontak warisan nenek moyangnya yang berupa sikap feodalisme. Diceritakan si Minke merupakan anak seorang bupati Jawa, nah hebatnya Minke itu merupakan siswa HBS (Hoogere Burgerschool), sekolah menengah umum pada zaman Hindia Belanda yang diperuntukkan bagi orang Belanda Totok, Indo, maupun elit pribumi seperti Minke ini. Dan diceritakan Minke merupakan wakil dari elit pribumi yang berhasil mengenyam pendidikan ini.
Cek: Pendapat Anak SMA Soal Fenomena Sweet Seventeen Super MewahDi kemudian hari, Minke berhasil mengenyam pendidikan di STOVIA atau sekolah kedokteran di Batavia yang sekarang disebut Jakarta, sayangnya Minke dikeluarkan dari sekolah dokternya. Di cerita Bumi Manusia ini, Minke banyak bertemu sosok-sosok yang kelak berpengaruh terhadap dirinya dan keinginannya untuk mencapai cita-cita pribadinya. Nyai Ontosoroh dan Annelise Mellema merupakan tokoh yang paling berpengaruh bagi kehidupan Minke, selain temannya sendiri Robert Suurhof dan juga sahabatnya sendiri Jean Marais.
2. Kisah cinta Minke dan Annelise, si sosok Bunga Penutup Abad pujaan Minke
Di dalam kisah Bumi Manusia, Minke diceritakan mencintai seorang Annelise, wanita cantik yang ditemuinya pertama kali ketika Minke mengunjungi rumah Annelise dan Nyai Ontosoroh atas ajakan Robert Surhoof. Kisah cinta mereka diceritakan begitu romantis, dan bahkan pernah diperankan lewat sebuah teater yang dimainkan oleh duet Reza Rahardian dan Chelsea Islan beberapa waktu yang lalu. Sosok Annelise yang manja namun pekerja keras membuat Minke jatuh cinta dan akhirnya memperistrinya.
3. Diterjemahin hingga ke 33 bahasaTetralogi ini memang sangat fenomenal. Kisah cinta yang membuat baper siapapun yang membaca, ataupun semangat juang seorang Minke untuk keluar dari kungkungan feodalisme para leluhurnya dan juga dari penjajahan kolonialisme yang dilakukan di negerinya menarik semua orang untuk membacanya. Tak heran jika tetralogi ini menuai banyak pujian bahkan hingga ke mancanegara. Dan hebatnya lagi, hingga di terjemahin ke dalam 33 bahasa asing. Hebat!
4. Buku ini ditulis ketika eyang Pram dibuang ke Pulau BuruJadi ceritanya tuh, eyang Pram sedang berada di Pulau Buru untuk menjalani hukuman dan pada saat-saat penghakimannya di salah satu pulau di Provinsi Maluku ini beliau menceritakan ulang kepada teman-temannya yang merupakan sesama tahanan politik di pulau tersebut. Nah 2 tahun setelahnya atau pada tahun 1975, eyang Pram mulai deh nulis Tetralogi itu dan pada akhirnya diterbitkan oleh Hasta Mitra pada tahun 1980. Hebatnya buku ini sukses banget sob hingga 10 kali di cetak ulang cuma dalam waktu 1 tahun hingga 1981. Sayangnya peredaran buku ini sempat dilarang oleh pemerintah karena dikira beliau itu mempropagandakan ajaran Marxisme-Leninisme dan Komunisme, padahal ajaran tersebut hanya disinggung sedikit banget ketimbang ajaran Nasionalisme yang dominan dalam novel tetralogi ini.
5. Pelarangan Peredaran Buku Bumi Manusia oleh Kejaksaan Agung tahun 1981Melanjutkan yang tadi sob, jadi buku ini dituduh mengajarkan atau mempropagandakan ajaran Marxisme dan Komunisme. Nah awalnya redaktur penerbit Hasta Mitra ditelepon agar tidak memuat resensi apalagi pujian untuk karya eyang Pram ini. Lalu, pada bulan April 1981 beberapa organisasi pada masa Orde Baru menggelar diskusi yang isinya mengecam karya Pramoedya Ananta Toer. Hasil diskusi ini kemudian disiarkan dan dijadikan modal penting bagi Kejaksaan Agung untuk menetapkan larangan ini.Nah, itulah beberapa fakta yang dapat HAI rangkum dari beberapa sumber. Perlu diingat bahwa Novel Tetralogi Buru dengan Bumi Manusia sebagai novel pertamanya merupakan bacaan penting untuk mengingat kembali kisah perjuangan manusia-manusia Indonesia untuk menuju Nasionalisme yang di cita-citakan. Dan semoga, filmnya sama memuaskannya dengan kisah di novelnya ya. Hehehe.
Penulis: Erlangga Duto Guntur Prahananto