HAI-ONLINE.COM -Di Indonesia, sosok gitaris membuat single atau album solo, emang masih kurang lazim. Ya, bisa dibilang termasuk jarang.
Nah, baru-baru ini, gitaris additional band rock Powerslaves,Ambang Christ, merilis single solo perdananya.
Single instrumental berorientasi gitar ini didedikasikan Ambang untuk almarhum ayahnya tercinta yang meninggal pada Desember 2017. Fight For Glory pertama kali dirilis dalam format video musik melalui kanal Youtube Ambang Christ.
Video musik yang mengambil lokasi di Gunung Papandayan, Garut ini, digarap selama dua hari oleh sutradara Ressy Elang Andrian.
CEK JUGA NIH:Coba, deh, Ini 5 Referensi Warna yang Bakal Tren di Summer 2018
Dua hari kemudian, 1 Mei 2018, versi digital "Fight For Glory" dirilis dan tersedia di di gerai-gerai digital seperti iTunes, Joox, Spotify dan lainnya. Lagu ini merupakan gerbang pembuka menuju album solo debut Ambang yang akan diluncurkan pada semester kedua 2018.
"Bangun tidur, langsung teringat bapak, kemudian muncul ide buat bikin musik. Kebetulan ada teman, saya ajak dia ngiringin saya main gitar sambil direkam pake handphone. Tema dan bagan lagunya langsung jadi saat itu juga," kata Ambang, menjelaskan proses pembuatan Fight For Glory.
Lagu ini, dibuat pada pertengahan 2017 dan rencana awalnya bakal dirilis pada tahun itu juga--ketika sang ayah masih ada. Lantaran video musiknya belum rampung, Ambang memutuskan untuk menunda jadwal perilisannya selama beberapa pekan. Namun sayang, ayah Ambang meninggal di penghujung tahun lalu sebelum lagu ini dipublikasikan.
"Pas bikin lagu ini saya melihat sosok ayah yang berjuang untuk keluarganya. Itulah mengapa tanggal perilisan lagu ini 29 April, itu adalah hari ulang tahun ayah," tukas Ambang.
Dari sisi musik, Fight For Glory dikemas dalam balutan musik slow rock yang dikombinasikan dengan elemen-elemen musik progressive rock yang sedikit banyak terpengaruh oleh Andy Timmons (eks Danger Danger) dan John Petrucci (Dream Theater). Kendati demikian, Ambang juga mengaku, ide awal lagu ini justru muncul ketika dia mendengarkan sebuah lagu gospel.
Selama proses rekamannya, penggemar Paul Gilbert (Mr. Big) dan Nuno Bettencourt (Extreme) ini mempersenjatai diri dengan sebuah gitar custom seri ACR1000, dipadukan dengan preamp Rocktrone yang dikombinasi dengan distorsi dari efek custom yang dirancang sendiri.