HAI-ONLINE.COM - Apresiasi lebih harus diberikan kepada teman-temnan kita yang "berani" memainkan musik segmented, karena lazimnya dalam industri musik Indonesia, musik segmented sulit untuk "dijual".
Pastilah ada banyak alasan dibalik pilihan mereka yang menjalanan passion mereka bermusik dengan caranya tersebut.
Nah, salah satu teman-teman kita yang sampai saat ini masih konsisten bermusik dengan materi yang sulit untuk "dijual" adalah Buktu, sebuah band pengusung post-rock asal Jogjakarta.
Ada Yusak Nugroho (Drum dan Perkusi), Aryo Bhaskoro (Gitar), Zaen Dehero Pahlevi (Gitar), Adhie Bona(Bass), dan Bodhi IA (Narator/ synthsizer) dalam tubuh Buktu, yang telah mereka bangun sejak 2016.
Setelah lebih dari 1 tahun terbentuk, mereka akhirnya merilis album perdana mereka yang bertajuk Mengeja Gejala Menjaga Dendam, pada akhir 2017 lalu. Dan, sekarang, mereka terpilih sebagai HAI Demos Reborn minggu ini.
Sebuah surat elektronik yang HAI terima menjadi perkenalan dengan mereka. Sebuah lagu berjudul Tunatanda yang juga turut mereka lampirkan menjadikan perkenalan digital kami makin menarik.
Jika ada beberapa pengusung post-rock jarang memasukan unsur vokal dalam lagu-lagu mereka. Tapi, Buktu memberikan sentuhan vokal dalam karya-karya mereka, bukan dengan bernyanyi, tapi lewat pembacaan sebuah narasi.
Bersiaplah memasuki "dunia lain" ketika mendengarkan Buktu, karena ambience musik yang mereka buat benar-benar bisa menjadi "pengantar" untuk memikirkan hal-hal imajiner di dalam kepala kita.
Selain untuk menemani kita memasuki dunia imajiner, dengan mendengarkan materi album mereka kita juga bisa memasuki adegan-adegan epic dari film-film science fiction.
“Di album ini kami berkolaborasi dengan 13 seniman gambar. Mereka merespon lagu dari BUKTU. Kami membebaskan mereka untuk menginterpretasikan tiap lagu kami dalam bentuk visual,” ujar Yusak, dalam surat elektronik ke HAI.