HAI-ONLINE.COM - Tukilah, nenek tua dengan keriput dalam, warga Dusun Clapar 2, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. Ia berdiri di balik meja di pinggir jalan di Dusun Clapar 1 sambil sibuk memenuhi sebuah mangkuk bakso dengan racikan cendol dawet, santan, dan air gula kelapa.
Namun, tunggu dulu. Racikan Nenek Tukilah belum selesai. Ia masih menambahkannya dengan racikan lain. Ia menambahkan rajangan kubis, sejumput tauge, dan taburan seledri di atas dawet berkuah santan campur gula merah.
Sentuhan terakhir, Tukilah menyendok sambal ke dalam mangkuk. "Semene iki telung ewu (sebanyak ini Rp 3.000)," kata Tukilah. Ia di situ menunggu dagangannya sepanjang Pesta Adat Nawu Sendang Sumber Rejo di Dusun Clapar.
Cek: Ini Dia 5 Musisi Luar Negeri yang Doyan Banget Kuliner Indonesia
"Dawet sambal namanya," kata nenek Tukilah. Ia sudah menjual penganan ini bertahun-tahun lamanya. Di mana ada keramaian di sekitar Hargowilis, nenek Tukilah selalu ada untuk jualan serupa. Khususnya di sekitaran Clapar.
Dawet sambal memang mirip saja dengan dawet pada umumnya. Cendol putih dibikin dari tepung pati ganyong. Cara menyajikannya nggak beda dengan dawet pada umumnya, yakni dicampur santan dan gula merah. Namun, ketika dicampur tauge mentah dan kubis, seledri apalagi sambal, tentu rasanya akan berubah dan khas.
Nenek Tukilah mengatakan, kekuatan dawet sambal ini sebenarnya terletak pada sambal itu sendiri. Ia membuat sambal itu dengan cara berbeda, yakni dari bahan dasar cabai rawit merah maupun hijau. Lombok itu diulek bersama kacang tanah, kemudian sambal digoreng kering agar aroma kacang dan lombok menguar, lantas direbus.
"Sambele nambah (sambal menambah). Pedes banget (pedas sekali)," kata nenek Tukilah. Jadi, nggak ada acara mengulek di tempat. Nggak lama semua sudah berada di meja dan siap disantap. Aduk dulu dawet sambal agar sambal bisa menyebar rata, lantas siap disantap.
Rasanya, ternyata hampir mirip dengan tahu campur Magelang. Kuah dawet terasa gurih, manis, juga pedas. Namun, dari semuanya itu, rasa kuah kacang cukup dominan. Pedas lombok dan aroma seledri membuat cita rasa uniknya kuat.
Untuk orang yang suka kuah gurih pedas, manis, apalagi penggemar segarnya rujak, kemungkinan akan cocok dengan rasa baru ini. Cukup banyak yang suka. Beberapa warga juga mengaku terbiasa.
Arinda Riyadi, warga Clapar 1, mengungkapkan dirinya beserta keluarganya penggemar kuliner satu ini. Nggak setiap saat Arinda bisa menemukan dawet sambal ini. "Hanya pada acara-acara tertentu, seperti hari ini," kata Arinda. Tiap kali ia menemukan penjual dawet, ia membeli 4 bungkus dawet sambal seharga Rp 10.000.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com. Baca artikel sumber.