HAI-ONLINE.COM - Dalam salah satu penelitian epidemiologi terbesar yang pernah dilakukan, ilmuwan dari Organisasi Kesehatan Dunia dan Imperial College London menganalisis data tinggi dan berat badan untuk 130 juta orang sejak 1975, untuk mendapatkan Indeks Massa Tubuh mereka.
Perubahan paling dramatis telah terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah di kawasan seperti Asia Timur, Timur Tengah dan Afrika Utara, dan Amerika Latin. Penulis utama, Profesor Majid Ezzati dari Imperial College London terkejut dengan kecepatan perubahan itu.
"Tempat-tempat yang beberapa dekade lalu mungkin hanya ada sedikit kasus obesitas dan cukup banyak jumlah anak dengan berat badan kurang jumlah anak-anak dengan berat badan yang memadai, tiba-tiba sudah hampir mengalami epidemi," jelasnya.
Cek: Hikikomori, Penyakit Mental Aneh yang Bikin Banyak Orang Jepang Mengurung Diri
Di negara berpenghasilan lebih tinggi, tingkat obesitas anak-anak sudah nggak berubah, namun tetap tinggi. Dalam kelompok pendapatan tersebut, Amerika Serikat memiliki tingkat obesitas tertinggi.
Para peneliti mengatakan epidemi obesitas global adalah hasil dari pemasaran makanan dan pembuatan kebijakan yang buruk di seluruh dunia.
Obesitas adalah penyebab utama banyak penyakit di kemudian hari, termasuk penyakit jantung, stroke, diabetes dan beberapa jenis kanker. Tapi Ezzati mengatakan itu juga memiliki dampak besar di masa kanak-kanak.
"Ini terkait dengan stigma, jadi konsekuensi psiko-sosial untuk anak-anak. Ada beberapa bukti bahwa hal itu benar-benar mempengaruhi hasil pendidikan bagi anak-anak."
Penelitian ini juga melihat jumlah anak-anak dengan berat badan kurang, yang masih merupakan tantangan kesehatan utama di bagian paling miskin di dunia. India memiliki prevalensi tertinggi kaum muda dengan berat badan moderat dan sangat kurus selama empat dekade.
"Kami benar-benar perlu menangani dua isu sekaligus. Jadi kita nggak bisa menunggu untuk mengatasi masalah kekurangan gizi, dan baru kemudian khawatir kelebihan berat badan dan obesitas. Transisi terjadi sangat cepat dan keduanya adalah bentuk malnutrisi yang berbeda," kata Ezzati.
Penulis laporan tersebut meminta agar para pembuat kebijakan menemukan cara untuk memproduksi lebih banyak makanan sehat dan bergizi tersedia di rumah dan sekolah, terutama di keluarga dan masyarakat miskin, di samping pajak yang lebih tinggi untuk makanan yang nggak sehat.
Artikel ini sudah pernah tayang pada voaindonesia.com dengan judul WHO: Jumlah Anak dan Remaja Obesitas Naik 10 Kali Lipat