“Kalau udah ada beberapa film utama, kita kontak filmmaker-nya, pemilik film lah. Produser biasanya. Terus bikin kesepakatan deh,” lanjut cowok yang dulu bersekolah di SMA Fons Vitae 1 ini.
JANGAN MAKSA
Menurut Kak Mamat, program pemutaran kayak gini biasanya membutuhkan anggaran buat hak cipta alias rights dari film yang mau kita putar. Tapi anggarannya, juga harus sesuai sama kemampuan kita. Kalau emang pihak kita dan pihak filmmaker nggak mencapai kesepakatan soal budget-nya, lebih baik jangan dipaksakan.
“Misalnya nih lo nggak punya duit, dan dia harus minta berbayar karena dia tetap butuh pemasukan untuk berkarya, kan, nggak match,” ujarnya.
SEWA RUANG PEMUTARAN LAYAK
Buat cowok kelahiran 27 Oktober 1989 ini, ruang pemutaran itu nggak harus punya standar yang spesifik banget, kok. Seenggaknya, ruang yang bakal kita pake itu emang layak buat memutar film. Bahkan, konsep layar tancep pun bisa dijadikan sebuah pilihan.
“Kalau standar (ruang pemutaran) itu, tergantung apa yang lo punya. Lo kan sebelum maju ke depan, harus mengenal diri lo dulu, batas-batas mana yang lo bisa. Jangan sampai lo memaksakan diri lo untuk sesuatu yang mustahil,” pungkas cowok yang mengagumi sutradara lawas Nya Abbas Akup ini.
So, udah siap bikin program pemutaran film sendiri?
(PENULIS: JEANETT VERICA)