HAI-online.com -Setuju dong kalau Star Wars jadi film yang sarat dengan kemunculan teknologi keren di dalamnya. Nggak cuma teknologi yang nongol di film kayak Ligthsaber, senjata lasar, sampai robot unik dan ikonik, nyatanya, film yang pertama kali muncul 38 tahun yang lalu ini juga menggunakan teknologi yang keren untuk pembuatan filmnya.
Yap, soal teknologi, visual atau audio, Star Wars bisa dibilang sebagai pionirnya. Buktinya, nih, computer generated imagery (CGI) yang banyak kita lihat di film-film sekarang, awalnya dikembangkan oleh Industrial Lights & Magic (ILM) yang diperuntukkan dalam penggarapan Star Wars. Begitu juga dengan THX Surround Sound yang jadi standar hampir di semua bioskop. Lagi-lagi, film ini pula yang memeloporinya.
Namun, nggak cuma menampilkan teknologi keren dalam film sampai proses pembuatannya, nyatanya, deretan teknologi yang nongol di film kreasi George Lucas ini juga coba dimunculkan di dunia nyata. Nggak percaya? Death Star (semacam stasiun luar angkasa yang punya kekuatan menghancurkan dan mematikan) dan droid lucu bernama BB-8 bisa jadi contohnya.
(BACA:Ada Ellie Goulding! 5 Orang Terkenal Ini Diduga Jadi Cameo di Star Wars: The Last Jedi!)
BB-8
Udah nonton Star Wars: Episode VII–The Force Awakens? Di situ menampilkan satu robot lucu bernama BB-8. Yap, droid yang punya kepala sampai tingkah konyol layaknya R2-D2 ini jadi salah satu yang mencuri perhatian dalam Star Wars terbaru.
Nah, berkat tingkahnya yang lucu itulah, salah satu perusahan teknologi bernama Sphero bekerjasama dengan Disney untuk membuat BB-8 versi kecil. Bukan boneka atau gantungan kunci, robot ini punya kemampuan seperti yang kita lihat di film.
Yap, robot ini mampu ‘menggelinding’ layaknya BB-8 di film Star Wars, dengan teknologi yang diusung bernama Sphero Ball. Secara garis besar, robot ini punya beberapa bagian utama, yakni badan dan kepala.
Untuk badannya, BB-8 menggunakan teknologi gyroscope yang yang bekerja menggunakan cara kerja gravitasi untuk menggerakkan arah robot. Nah, untuk memaksimalkan pergerakannya, dilansir dari situs www.howbb8works.com robot ini menggunakan sebuah roda bernama omni wheels yang tersambung dengan sebuah motor. Nah, omni wheels dan gyroscope saling berhubungan untuk menggerakkan BB-8 ke berbagai arah. Selain itu, terdapat juga sebuah piringan yang berperan sebagai penyeimbang robot.
Selain itu, untuk versi mainannya, droid bundar bisa ini dikendalikan dengan menggunakan smartphone Android atau iOS. Bekerja dengan menggunakan teknologi Bluetooth, droid ini memiliki jangkauan mencapai 30 meter dan ditopang dengan baterai yang mampu membuatnya menggelinding selama 60 menit.
Hadir dengan berat sekitar 200 gram, robot ini mampu berjalan dengan kecepatan mencapai 7,2 km/jam. Keren!
DROID
Imperial Droid yang ada di Star Wars jadi salah satu hal yang keren saat pertama kali kemunculannya. Nyatanya, robot yang bisa terbang kayak gitu udah bisa kita temui lewat munculnya drone yang belakangan ini sedang ramai di Tanah Air.
HOLOGRAM TECHNOLOGY
Saat hendak mengirimkan pesan kepada Luke Skywalker di episode IV, R2- D2 menampilkan pesan tersebut lewat sebuah teknologi hologram. Di situ, kita bisa melihat bayangan Princess Leia yang mengirimkan pesan lantaran dirinya sedang berada dalam masalah.
Nah, beberapa tahun kemudian, teknologi itu lantas diperkenalkan. Salah satunya adalah konser mendiang Michael Jackson yang menggunakan hologram. Tahu?
LIGHTSABER
Benda yang satu ini jadi salah satu properti film yang paling ikonik. Soalnya, para Jedi menggunakan pedang laser ini untuk melawan musuh-musuhnya. Meski terlihat mustahil, bukan berarti benda ini nggak bisa diwujudkan dalam dunia nyata.
Buktinya, salah seorang mahasiswa asal Universitas South Carolina, Allen Pan, baru aja membuat lightsaber ciptaannya. Menggunakan pengapian nikrom dan bahan bakar dari campuran metanol dan aseton, serta butana sebagai bahan pembakar, pedang cahaya ini mampu bekerja seperti yang kita lihat di film.
Bedanya, pedang ini nggak menggunakan laser, tapi mengeluarkan api lurus biru yang bisa membakar kertas atau balon.
ROBOTIK
Dalam salah satu seri Star Wars, diceritakan pergelangan tangan Luke Skywalker putus terkena sabetan Darth Vader. Nah, untuk membuatnya pulih, salah satu robot membuatkannya sebuah pergelangan tangan baru yang bisa bergerak, sampai merasakan sesuatu. Tapi ternyata, teknologi ini juga sudah diterapkan oleh salah satu perusahaan asal Skotlandia, Touch Bionics yang bisa menggenggam benda sampai melakukan gerakan layaknya tangan sesungguhnya.
DEATH STAR
Dalam film Star Wars Episode IV: A New Hope (1977), diceritakan bahwa ada satu stasiun luar angkasa yang mempunyai kekuatan untuk menghancurkan planet lain bernama Death Star, atau DS-1 Orbital Battle Station.
Ternyata, stasiun besar ini bukan jadi gimmick seru di dalam film. Soalnya, benda seukuran Bulan ini tengah jadi satu pembicaraan di kalangan ilmuan NASA untuk menciptakan Death Star sebagai salah satu rencana dalam proyek penambangan asteroid untuk memproduksi bahan bakar dan pendukung kehidupan di luar angkasa.
Adalah Brian Muirhead, chief engineer di NASA Jet Propulsion Laboratory, yang merekomendasikan pembangunan Death Star dengan menggunakan bahan yang sudah ada di ruang angkasa, salah satunya adalah asteroid. Asteroid sendiri dipercaya terdiri dari air, oksigen, logam mulia atau elemen lain yang berguna untuk kehidupan di luar angkasa.
Pertambangan asteroid ini sendiri dikatakan akan menjadi cara paling mudah untuk mengumpulkan bahan untuk struktur ruang angkasa, dari Death Star ke Star Destroyer, atau bahkan sesuatu yang nggak dirancang untuk meledakkan elemen non-duniawi.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Soalnya, meluncurkan peralatan dari Bumi dinilai akan memakan biaya yang cukup mahal. Sebagai gambaran, Popular Science melakukan perhitungan matematika dasar untuk menggambarkan seberapa mahal proses pembuatan Death Star. Berikut perhitungannya…
• Total biaya yang diperlukan untuk membangun Death Star mencapai $ 193 triliun.
• Untuk membawa bagian Stasiun Luar Angkasa Internasional pada 34 penerbangan pesawat ruang angkasa, masing-masing membutuhkan biaya mencapai $ 450 juta.
• Biaya pengiriman total $ 15,3 miliar, dari biaya stasiun total sekitar $ 100 miliar.
• Asumsi peluncuran ruang angkasa untuk proporsi yang sama dari total biaya untuk membangun Death Star, kemudian dipotong biaya peluncuran bisa menyimpan sejumlah $ 29,5 triliun.