HAI-online.com - Asyik-asyik libur di rumah, tapi malah disuruh upacara, hujan lagi, siapa yang nggak bete coba? Mungkin itu yang dirasain sebagian besar murid terutama murid SMA / SMK di Kota Semarang yang kemarin ikut upacara bendera memperingati hari guru nasional setiap tanggal 25 November 2017.
Namun, di SMA Negeri 5 Semarang hujan bukan menjadi halangan bagi murid-murid mengikuti upacara dengan tertib. Mereka dengan antusias mengikuti upacara bendera hingga selesai. Awalnya, hujan belum turun tuh, Cuma ya gitu deh agak mulai mendung. Waktu di tengah-tengah berlangsungnya upacara, tiba-tiba hujan turun. Ada sebagian murid yang mulai panik, ya pastilah, mereka juga berusaha jaga kondisi tubuh mereka biar tetep fit kan, biar hari seninnya bisa tetep ikut pelajaran. Namun pembina upacara belum berbicara sama sekali ataupun memberikan arahan mendadak, jadi ya gitu, sebagian besar murid masih harus berdiri ngikutin protokol upacara hari itu. Pembina Upacara ikut hujan-hujanan.
Saat pembina dipersilahkan memberikan amanat kepada para peserta upacara, tiba-tiba bapak Suratno, Wakil Kepala SMA Negeri 5 Semarang, selaku pembina upacara, turun dari mimbar yang biasa dipakai pembina untuk memberikan amanat, dan ikut hujan-hujanan bersama murid-murid yang lain. Pembina menurunkan sendiri mikrofon yang ditujukan untuk beliau menuju pinggiran lapangan. Dan beberapa guru yang lain pun mengikuti Pak Ratno dengan keluar dari barisan para guru dan ikut hujan-hujanan di pinggiran lapangan.
Lalu pembina memberikan amanat dengan menyampaikan sambutan dari Menteri Pendidikan kita, dan disambut dengan tepuk tangan serta suara riuh temen-temen murid SMA N 5 Semarang yang mengikuti upacara hari itu. Terjadi momen menarik ketika para murid kelas 12 mengangkat tangan mereka seraya bernyanyi kepada guru mereka.
Pembina Upacara memberikan Selamat kepada Pemimpin
Pemberian Bunga.
Ketika upacara masih berlangsung, dan waktu deras-derasnya hujan turun waktu itu, para murid berlarian sambil membawa setangkai bunga menuju ke pinggiran lapangan dimana para guru masih tetap berdiri mengikuti jalannya upacara. Mereka memberikan setangkai bunga yang mereka bawa untuk diserahkan kepada para guru kesayangan mereka dan kemudian mereka bersalaman dengan guru mereka masing-masing dan ada juga yang mengecup tangan gurunya sebagai bentuk ucapan kasih sayang dari murid kepada guru kesayangan mereka.
Ada juga yang memberikan bunga kepada pemimpin upacara hari itu. Dan hal tersebut dilakukan oleh anak-anak kelas 12. Mereka berlarian membawa bunga yang mereka petik di dekat tempat mereka berdiri kemudian mereka serahkan bersama-sama kepada pemimpin upacara. Setelah memberikan bunga kepada pemimpin upacara, mereka kemudian menemui guru-guru kesayangan mereka dan salim kepada para guru, yang kemudian diikuti oleh sebagian besar murid kelas lain. Setelah itu, mereka kembali ke barisan dan mengikuti upacara lagi dengan tertib.
(BACA:Presidium Itu Apa Sih dan Apa Yang Membedakannya Dengan OSIS? )
Ketika pembina upacara dipersilahkan meninggalkan tempat upacara, Pak Ratno langsung menghampiri pemimpin upacara dan bersalaman serta memberikan ucapan selamat kepada pemimpin upacara yang telah berhasil memimpin upacara hari itu dengan sangat baik.
“Itu spontanitas ya. Menurut saya itu hati nurani yang berbicara. Pemberian bunga tadi merupakan bentuk luapan emosi anak karena merasa mencintai gurunya, akan memberikan sesuatu untuk gurunya. Itu merupakan bentuk kasih sayang siswa kepada gurunya.” Ujar Pak Ratno selaku pembina upacara. Pak Ratno juga memberikan tanggapan positif terkait adanya pemberian bunga yang dilakukan spontanoleh murid-muridnya.