Kalau lo inget film-film berjudul Radit dan Jani, Realita Cinta dan Rock and Roll hingga 30 Hari Mencari Cinta, masa kecil lo berarti dipenuhi dengan film garapan sutradara Upi.
Yap, sutradara yang seneng banget mengangkat isu-isu yang terjadi di tengah anak-anak muda itu akan merilis film terbarunya, My Generation,
Film yang digarap IFI Sinema ini bakal datang ke bioskop-bioskop terdekat lo pada tanggal 9 November mendatang.
Nah, HAI berkesempatan ngobrol panjang sama Mbak Upi terkait tentang karier sutradaranya dan juga film My Generation.
Ceritain tentang film My Generation dan pesan yang ingin disampaikan?
Sebenarnya, pertama kali gue pengen buat film My Generation itu karena gue merasa anak-anak milenial sekarang sudah dilabelkan dan sudah ada labelnya: pemalas, serba instan, terpaku sama hal-hal berbau teknologi, dianggepnya tech savvy, narsistik dan segala macem. Gue jadi penasaran, apakah benar anak-anak milenial seperti itu? Dan kenapa hanya negatifnya saja yang selalu diangkat?
Pada akhirnya setelah gue melakukan riset, memang zaman berubah, dan memang anak-anak ini lahir di zaman yang teknologinya tuh sudah seperti saat ini, mereka hanya beradaptasi saja dengan hal itu semua.
Tapi, sebenarnya masalah-masalah mendasar itu sama aja, jadi sejauh apa zaman berubah, ternyata masalah-masalah mendasarnya seperti hubungan dengan orang tua, anak dengan pendidikan, guru dan sistem yang ada, apa yang mereka keluhkan, apa yang mereka kritik, itu sama aja, masalah mendasarnya sama aja, mau dari generasi dulu hingga sekarang sama aja. Yang mereka keluhkan dengan yang saya keluhkan zaman dulu itu sama, dasarnya sama aja.
Di dalam film My Generation, apakah generasi muda dan yang tua akan terlibat dalam clash?
Di dalam film ini kita ingin menunjukkan bahwa ada point of view dari yang muda dan yang tua, pasti di situ ada clash-nya, seperti apa, sih, pemikiran orang tua dan seperti apa, sih, pemikiran anak muda.
Nah, risetnya berapa lama dan apa aja yang mbak Upi riset?
Risetnya saya tuh lebih ke sosial media, yang ada semua saya lihat, saya baca. Nggak ada kalangan tertentu, semua anak muda saya baca, random aja. Dari YouTube, Twitter, Facebook, semua media sosial mereka saya lihat.