Follow Us

Inikah Asal-usul Istilah Jomblo? Ternyata Sudah Ada Dari Tahun 1993!

Alvin Bahar - Senin, 16 Oktober 2017 | 06:30
jomblo bahagia
Alvin Bahar

jomblo bahagia

HAI-ONLINE.COM, Bandung - Kalian pasti sering banget pake istilah jomblo. Kata ini, emang udah terkenal abis. Tahun 2017, ada remake film Jomblo yang versi aslinya tayang pada 2006. Balik ke tahun 2001, Gigi merilis lagu berjudul jomblo.

Tapi sebenarnya, kapan sih istilah jomblo muncul?

Throwback ke tahun 1993, HAI punya rubrik "Opini Kita". Di rubrik ini pelajar boleh menuliskan pendapatnya akan apapun, dari musik hingga kejadian di sekolah.

Nah, pada edisi 18 Mei 1993, pelajar SMAN 3 Bandung bernama Widdi A menulis tentang istilah yang lagi ngetren di Kota Kembang: Jomblo.

Cek deh: Viral Video Cara Pornografi Merusak Otak Manusia, Ini Kata Dokter

Artikel tentang jomblo di Bandung.
"Kata itu sebenarnya berasal dari bahasa Sunda yang berarti: dagang teu payu-payu (dagangtapi tidak laku-laku). Entah kenapa, dan oleh siapa, kata itu demikian populer sekarang. Terutama buat mereka yang belum berpacaran," tulisnya.

Pada era itu, jomblo adalah suatu keadaan di mana kita masih belum pacaran, entah apa motivasinya. Tapi, bukan berarti nggak laku lho.

"Banyak dari mereka yang merasa menjadi bebas setelah mendapat gelar tersebut. Mereka berpikiran sama terhadap semua cewek. Tidak ada yang istimewa, kata mereka," tambahnya.

Ternyata banyak juga efek yang ditimbulkan dari perkembangan perkembangan kejombloan itu. Mereka mulai mencari-cari identitas kejombloannya. Mulai dari tulisan sampai mencari lagu wajib yang bisa dipakai jambang kejombloan itu. Misalnya lagu Lonely Boy-nya Sex Pistols atau No Woman No Cry-nya Bob Marley. Dan masih banyak lagi.

Viralnya (zaman dulu udah ada istilah viral nggak ya?) istilah jomblo ini bikin para penyendiri tersebut bikin kelompok. Mereka yang baru putus, atau memang nggak mau pacaran, atau karena memang tidak "laku", bergabung di sana.

Ada Joker alias Jomblo Keren. Ada PJB yang berarti Persatuan Jomblo Bandung. Lalu ada IZ 3, singkatan dari Zomblo Tiga. Ada yang lebih aneh lagi: Jomblo Fried Chicken.

Bahkan ada festival Jomblo juga.
Simak juga: Ini Dia Kabar 10 Legenda WWE Sekarang, Ada yang Jadi Calon Walikota!

Ikatan-ikatan itu sifatnya tidak resmi. Seperti geng gitulah. Hitung-hitung tempat penampungan orang kesepian, kata mereka memberi alasan.

Ada banyak istilah tentang kejombloan ini. Ada yang bertitel jomblo akut, kronis, bahkan ada yang diberi gelar jenderal. Biasanya mereka cuek aja, karena merasa dirinya memang sudah begitu( Ups...!).

"Seorang teman saya ada yang mendapat gelar demikian karena dia memang dingin sekali pada cewek. Atau ada lagi teman yang tetap bicara pada cewek, hanya saja kalau sudah ke tahap taksir-taksiran, ia selalu menghindar. Alasannya, belum siap berpacaran," kata Widdi.

Lucunya, saat itu ada aja pelajar yang sudah mulai memperlihatkan kejombloannya pada orang lain. Pada masa itu, jangan heran kalo kamu melihat segerombolan anak berseragam abu-abu, lewat di depan pertokoan sambil bernyanyi dan mengenakan sweater bergambar lambang Red Hot Chili Peppers. Di sekeliling gambar itu tertulis, "Jomblo Itu Pedas".

Istilah PJ alias pajak jadian juga muncul di masa-masa ini. "Saya hanya bisa tertawa melihatnya. Atau ada lagi yang lebih keras. Di sebuah grup, ada peraturan, "barang siapa setelah masuk anggota lantas berpacaran lagi, maka ia akan dikeluarkan dan didenda sesuai kesepakatan". Walau begitu, ini bukan berarti pemerasan. Karena, mereka yang kemudian berpacaran, semata-mata hanya mengucapkan syukur dengan mentraktir teman-temannya makan," tulis Widdi menjelaskan.

"Jomblo pamer" bukan saja para kaum adam. Banyak kaum hawa yang ikut-ikutan mendirikan kelompok serupa. Mereka memberi akhiran -wati di akhir kata itu, katanya biar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia (ada-ada saja).

Menurut Widdi sih, kaum muda, dengan segala semangat dan cita-citanya, memang selalu berusaha mencari jati dirinya. Mereka bukan tak menghargai cewek, tapi mungkin memang belum siap dengan segala akibat berpacaran.

"Itulah sebenarnya inti dari persoalan ini," tutupnya.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest