Follow Us

Mengenang Masa Tumbuh, Redup dan Bangkitnya Skena Musik Emo Di Indonesia

Rizki Ramadan - Kamis, 21 September 2017 | 04:20
gigs musik emo
Rizki Ramadan

gigs musik emo

Usaha untuk menumbuhkan skena emo lokal akhirnya mulai digeber tahun ini. Risorgimento hanyalah salah satu titik awal untuk nantinya makin banyak gig-gig "berkualitas" digelar. Killed By Butterfly, Seems Like Yesterday, Arck, hingga Alone at Last bersama Killing Me Inside jadi Penggedornya

Acara tersebut memang bukan jaminan kalau nantinya emo benar-benar bisa kembali merajai banyak gig lokal. Tapi, setidaknya, generasi kita sekarang ini bisa kembali menyaksikan band-band tersebut, dan yang terpenting, bisa melihat bagaimana sebuah gig yang digelar intim, saling mengenal antar band, dan bisa kembali menunjukan taringnya bersama.

"Kalau dulu, band-band di era itu bisa main di Pensi, (termasuk awal Pee Wee Gaksins terbentuk) karena anak-anak sekolah yang jadi panitia pensi juga nonton gig dan akhirnya ngundang band-band dari skena untuk tampil di Pensi mereka," tambah Dochi, yang dulu tercatat sebagai gitaris The Side Project.

Selain Dochi, Josaphat juga berpendapat soal usaha mereka untuk membangkitkan skena emo lagi. Menurutnya, semua jenis musik ada penikmatnya, dari pada terlalu sibuk menoleh ke kiri-kanan, lebih baik secepatnya memastikan diri sendiri seperti apa dan berkarya. Biarkan pendengar yang memilih.

"Mestinya sih bisa berkembang itu berbanding lurus dengan peminatnya. Asalkan ada wadah yang bagus, pasti bisa berkembang," tambah Aldy.

Ada yang berminat untuk kembali mengembangkan emo lagi?

(Artikel ini pertama kali tayang di Majalah HAI edisi 46 tahun 2015)

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest