Kalau dilihat dari jadwal yang sudah ditetapkan, HAI Internship Program 2017 ini berakhir pada 23 Juni 2017 alias Jumat besok! Tapi, karena simpang siurnya aturan cuti bersama yang ditetapkan Pak Jokowi namunsialnyanggak diterapkan oleh kantor HAI, jadi program magang untuk para lulusan SMA yang menolak gabut ini dicukupkan di hari ke-9.Sempat gue ajukan untuk tetep selesai di hari ke-10 tapi ternyata mayoritas pada nggak setuju. “Gue mau mudik, Kak,” kata Zhafira. “Gue mau beli baju lebaran, kak,” sahut Nisa.
Kami memulai hari ke-9 dengan rapat di akuarium (sebuah tempat dengan dinding kaca seluas 3x3 meter yang dulunya adalah ruang pemred, namun sekarang diubah jadi ruang rapat) pukul 11.00. mestinya, sih, mulai jam 10.30 tapi kami nunggu Nisa bangun dulu dari tidur paginya yang ditemani bantal berupa novel Pulang dan kami mesti nunggu Fachrul dateng dulu.
Gue membuka rapat dengan ngomongin kerjaan. Yaelah hari terakhir masih aja ngomongin kerjaan. Hehe. Tapi ya namanya juga magang, bro, mesti belajar kerja kita. Kami sepakat untuk bikin artikel berisi hasil survei tentang perolehan THR anak-anak muda, terus si Anggit mengusulkan bikin artikel tentang kampus-kampus luar negeri yang punya ekskul gamelan. Sementara Nisa dan Zhafira kedapetan tugas bikin artikel tentang efek samping lebaran. Karena ini hari terakhir, tugas nulisnya cukup 1 artikel saja. Biar bisa ngabisin waktu untuk main dan mempersiapkan the so called pesta perpisahaan sponsored by diskonan Domino’s Pizza.
Beres ngomongin tugas, gue memulai sesi evaluasi. Nggak banyak yang gue sampein. Intinya, gue sebagai koordinator program magang ini berterima kasih banget sama para peserta karena sudah meramaikan Hai yang mulai ditinggal lulus beberapa awaknya dan karena udah bikin HAI-online.com jadi rame dengan artikel-artikel khas yang dibuat dari anak SMA langsung. Kalau gue total, udah ada 80-an artikel yang dibikin 5 peserta magang ini dalam 9 hari. Langganan ditarik LINE Today pula. Wuih! Brown dan Conny pasti bangga.
(Artikel peserta magang bisa dilihat di link ini)
“Tulisan dan kinerja kalian tuh kayaknya baru gue bisa capai saat gue magang pas kuliah deh, lah ini kalian baru lulus SMA udah bisa nulis feature, berani wawancara orang,” kata gue.
Lalu Nisa bertanya tentang apakah ada evaluasi tentang masing-masing peserta magang. Saat itu, gue menjawab bahwa nggak ada evaluasi khusus. Sebagai gantinya, ada baiknya gue cerita tentang para peserta magang ini satu persatu. Gue mulai dari yang abjad awalnya paling belakang dari susunan alfabet. Siapa lagi kalau bukan si japra alias Zhafira.
Zhafira adalah tipe anak yang mager-mager produktif. Walau selalu nyempetin diri untuk ngelanjutin marathon nonton series di kantor—dari mulai Riverdale sampe Anak Jalanan dan Mesin Waktu; serta mantengin penyanyi-penyanyi ganteng di Youtube; Zhafira tetap giat wawancara temen-temennya dan lanjut nulis artikel.
Bahkan, Zhafira pernah ngetik artikel di perjalanan Uber. Dan bahkan (lagi), doi pernah tuh sampe ngetik artikel di dalam mimpinya saat tertidur di samping laptop di kasur kantor. Kerajinannya pun terbukti bahkan sebelum dia sampe kantor, gimana nggak dari rumahnya yang di B.E.K.A.S.I ke Kebon Jeruk kan butuh waktu senggaknya dua jam untuk sampe.
Dio adalah peserta magang yang paling ngeyel kalau dikasih ide artikel. Karena ujung-ujungnya dia bikin artikel yang sesuai dengan kesukaannya dia, yaitu teknologi. Diminta wawancara Adrian Yunan, artikel yang dia kirim malah ulasan laptop gaming yang harganya sama kayak biaya ketring nikahan. Tapi nggak apa-apa, artikel garapan Dio tetep keren. Bahkan, ketika dia mangkir dari tema teknologi dan nulis tentang pendidikan, artikelnya di-view nggak kurang dari 22 ribu netizen.