Naksir adik kelas, dibilang pedofil. Suka sama cewek imut anak SMP sebelah, dibilang pedofil juga. Nah lho, ngaco tuh. Supaya nggak sembarangan nge-judge orang, mendingan kita dengerin dulu penjelasan dari Indah Sari Hutauruk, M. Psi, psikolog dan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Sebenernya pedofilia itu apa sih?
Pedofilia adalah sebuah sexual disorder atau gangguan seksual, di mana seseorang akan lebih terangsang secara seksual terhadap anak-anak yang masih dalam masa pre-pubertas. Masa pre-pubertas yaitu masa sebelum pubertas atau umur 13 tahun ke bawah.
Oooo.... Terus, ciri-ciri seorang pedofilia gimana?
Secara fisik, pengidap pedofilia emang sulit dikenali. Kita baru bisa tau dia pedofilia atau nggak kalo tau perilakunya. Seorang pedofilia kalo ngeliat anak-anak yang masih dalam masa pre-pubertas bawaannya langsung 'pengen'. Dan umumnya, rasa pengen itu muncul dengan begitu kuatnya, hingga dia sulit menahan diri untuk nggak menyalurkannya (entah menyalurkan dengan cara self service, atau malah sontak mencari 'mangsa'). Cuma, tetap masih ada catatannya! Kalo sikon seperti saya ceritakan di atas udah berlangsung minimal selama enam bulan, baru yang bersangkutan bisa dibilang pedofilia. Kalo hanya sekali dan kemudian nggak lagi, nggak bisa dibilang pedofilia.
Kalo naksir sama cewek yang lebih kecil itu bisa dibilang pedofilia juga nggak?
Kalo sekadar naksir ya nggak bisa langsung dibilang pedofilia dong. Pedofilia kan intinya gangguan seksual. Dengan bahasa yang sederhana, pedofilia tuh orientasinya sex melulu. Nggak ada sayang, cinta....
KENAPA SESEORANG BISA MENGIDAP PEDOFILIA?
Menurut buku Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders (DSM), Fourth Edition, yang dibuat oleh American Psychiatric Association, gangguan seksual satu ini berhubungan dengan educational value yang diperoleh saat seseorang masih kecil. Kalo yang bersangkutan nggak dapat educational value yang benar sesuai perkembangan umurnya, maka dia akan stuck dalam pemahaman sexual pleasure ketika dia kecil.
Tapi, selain nggak dapat educational value yang benar, pedofilia juga mungkin muncul karena faktor trauma atau pengaruh lingkungan. Faktor trauma adalah kalo yang bersangkutan dalam riwayat hidupnya pernah jadi korban pelecehan seksual oleh orang dewasa di sekitarnya. Perasaan tertekan, terhina, sekaligus nggak berdaya yang muncul waktu dia pertama kali mengalami pelecehan seksual tersebut akan tinggal di dalam memori otaknya. Kemudian dalam perjalanan hidupnya selanjutnya, memori itu bisa berubah jadi amarah terpendam dan keinginan balas dendam, atau justru berubah jadi sesuatu yang dianggap menyenangkan.
Kalo faktor pengaruh lingkungan, nggak lain nggak bukan link-nya ke masalah pornografi! Gara-gara kecanduan baca atau nonton hal-hal yang berbau pornografi, akhirnya jadi timbul hasrat buat nyoba. Celakanya, saking kecanduannya, aktivitas seksual yang normal (cewek dengan cowok yang beda usianya nggak jauh) suka dianggap nggak seru lagi. Yang lebih seru adalah aktivitas seksual yang aneh-aneh, salah satunya aktivitas seksual dengan anak-anak di bawah umur!