Follow Us

Cerita PL Fair Pertama Tahun 1989. Pensi Bagus Tiketnya Cuma Rp 500

Rizki Ramadan - Kamis, 15 Desember 2016 | 06:00
Cem-ceman dame dari SMA 34, Pondok Labu, Jakarta Selatan cowok-cowok PL Kalau periu sampai naik ke panggung.
Rizki Ramadan

Cem-ceman dame dari SMA 34, Pondok Labu, Jakarta Selatan cowok-cowok PL Kalau periu sampai naik ke panggung.

"Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai buruh, penjual minyak, atau tukang becak." Oleh yayasan kata Nono, penduduk mendapat kredit tanah dan rumah bilik yang bisa dicicil sekuatnya. "Kita ingin mengembangkan motivasi mereka," kata Nono.

Rencananya, di desa yang berpenduduk sekitar 200 jiwa itu anak-anak PL akan membuat got dan jembatan. "Kami bikin sarana itu agar mereka yang kesulitan diterima di masyarakat tergerak meningkatkan taraf hidupnya." Nah, perongkosan proyek itu didapat dari keuntungan PL Fair. Berapa dana yang dibutuhkan? Sambil mengerutkan keningnya, Nono menyebut taksiran sekitar 4-5 juta perak.

Di balik itu semua. seperti diutarakan Nono, kegiatan ini juga ibarat pintu terbuka PL. "Selama ini orang tahunya kita adalah pelajar yang belajar terus. Saat bertanding pun diledekin, 'PRnya tuh belum dikerjain!' Makanya kami mengajak umum untuk melihat'langsung PL lewat PL Fair ini."

Kalau dikatakan bahwa kegiatan ini juga merupakan peluang buat cowok-cowok PL buat cuci mata, memang nggak salah. Dari keliling sana-sini banyak yang lantas kenalan dengan pelajar putri. Dan sebetulnya mereka sendiri tak terlalu menahan diri untuk takut diketahui sifat khasnya. Paling tidak itu akan kelihatan manakala kelompok cem-ceman dance muncul dengan penari-penari cewek kece dan seksi. Seluruh siswanya segera mendekat ke panggung dengan segala tingkah spontanintasnya. Barangkali ini memang lebih polos dan jujur untuk sebuah SMA cowok.

(disadur dari majalah HAI edisi 26 SEPTEMBER 1989)

Editor : Rizki Ramadan

PROMOTED CONTENT

Latest