Follow Us

Ini Alasan Kita Perlu Bersahabat Dengan ODHA

Rizki Ramadan - Kamis, 01 Desember 2016 | 06:32
bersahabat dengan ODHA yuk.
Rizki Ramadan

bersahabat dengan ODHA yuk.

Ryan Wayne White mungkin nggak menyangka, setelah kembali dari rumah sakit dan bersekolah, pihak sekolah malah nggak mau menerimanya lagi. Para orangtua murid dan guru memprotes kehadirannya.

Sebelumnya, dokter memperkirakan Ryan yang saat itu berusia 13 tahun hanya memiliki enam bulan untuk hidup dengan infeksi HIV yang ia dapat dari penangangan darah yang terkontaminasi. Walau sudah diberitahu bahwa Ryan nggak akan menularkan penyakitnya pada murid lain, sekolah tetap bersikukuh. Ryan di-DO karena HIV.

Itu kejadian tahun 1984, HIV/AIDS belum ada lima tahun sejak pertama kali ditemukannya, saat itu stigma negatif terhadap orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) sedang meradang-merandangnya.

Untungnya, Ryan dibela lembaga dan media. Kejadian itu malah dijadikan tonggak penting penanggulanan HIV/AIDS. Ryan beberapa kali bersuara di media, bahkan pernah didampinig oleh Elton john, Michael Jackson, dan Phil Donahue.

Walau sudah diiringi banyak dukungan penangangan, penyebaran virus ini masih membanyak. Di Indonesia, menurut data Kementerian Kesehatan, hingga Juni 2016 ini jumlah kasus AIDS sudah mencapai 82.556, sementara HIV sudah ada 208.920 kasus.

Nyatanya, penanganan HIV/AIDS ini nggak cukup dilakukan dari aspek medis saja, tetapi juga sosial. Lilianne Ploumen, pernah menulis di kolomnya di Guardian, bukan kekurangan obat yang mencegah kita memberantas virus AIDS, melainkan ketidakadilan.

Maria, bukan nama sebenarnya, ODHA 22 tahun domisili Jakarta,bahkan setelah tiga tahun divonis terinfeksi HIV pun masih belum diterima dengan baik oleh keluarganya sendiri.

“Pakaian, piring, gelas, seprai, sampe baju saya yang dulu bisa tuker-ukeran,” Maria mulai bercerita, dengan suara bergetar, “sekarang dibedakan sendiri, dan itu berlanjut sampe saat ini. Kalo batuk pun harus pakai masker. Saya dikucilkan, ditaruh di kamar paling belakang,” cerita ODHA yang divonis positif HIV saat ia akhir 2014 lalu.

Terlebih, sekarang Maria dipisahkan dari anaknya walaupun anaknya terbukti negatif. Stigma bahwa Maria adalah anak muda yang pernah melakukan kenakalan dan hidup kelewat bebas pun masih belum lepas dari anggapan keluarga besarnya.

“Padahal saya kan nggak melakukan itu semua,” kata cewek yang tertular dari suaminya ini.

Juli lalu pangeran Harry, melakukan sesuatu yang bikin melotot senyum. Ia tes HIV di rumah sakit Burrell Street Centre, London. Seluruh prosedur tes yang ia ikuti disiarkan secara live lewat akun Facebook The British Monarchy.

Tujuan utama ia melakukan tes itu cuma satu, agar tes HIV nggak dikerubuti stigma negatif tertentu. “Jadi, siapapun kalian, mau cewek, cowok, gay, straight, kulit hitam, kulit putih, apapun deh, kenapa kalian nggak datang ke sini dan melakukan tes?”

Editor : Rizki Ramadan

Latest