Tonton film The Interpreter (2005) yang dibintangi aktris cantik Nicole Kidman deh. Dalam film itu, Kidman memerankan karakter Sylvia Broome, seorang interpreter alias juru bahasa untuk seorang presiden sebuah negara Afrika di markas PBB New York.
Seperti sebutannya, tugas interpreter adalah menginterpretasikan, bukan menerjemahkan, semua materi yang disampaikan agar dipahami para peserta yang menggunakan bahasa yang berbeda dari pembicara. Profesi jadi juru bahasa merupakan sebuah pekerjaan yang menarik dengan penghasilan yang lebih dari lumayan lho. Sayangnya, profesi juru bahasa masih terbilang langka di Indonesia dan bisa dikatakan bukan jadi cita-cita banyak orang.
"Tentu saja (jadi interpreter) bukan cita-cita sebab selama sekolah hingga kuliah saya nggak pernah dengan profesi juru bahasa atau interpreter ini," kata Indra Damanik, seorang interpreter, kepada Kompas.com belum lama ini.
Indra justru pernah menimba ilmu di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sayangnya dia tak menyelesaikan kuliahnya di ITB dan kemudian memilih mengajar bahasa Inggris di sebuah lembaga kursus ternama di Jakarta.
"Setelah tiga tahun mengajar, ada teman yang mengajak untuk mencoba jadi juru bahasa, itu awalnya. Bahkan sebelumnya saya nggak tahu ada profesi semacam ini," katanya.
Profesi menantang
Pekerjaan jadi juru bahasa, menurut Indra, sangat menyenangkan karena dia selalu terhubung dengan hal-hal dan orang-orang baru. Salah satu pengalaman yang paling diingatnya adalah kali pertama jadi interpreter, Indra langsung terlibat dalam pelatihan untuk anggota Densus 88 di Megamendung, Jawa Barat."Saat itu pelatihnya dari Amerika para mantan tentara dan SWAT (satuan khusus kepolisian di AS)," kenang Indra.
Indra mengisahkan, para mantan tentara dan SWAT itu saat memberikan materi hampir setiap kalimat diselipi kata-kata makian. Awalnya, mereka ingin semua perkataan yang mereka keluarkan disampaikan apa adanya kepada peserta pelatihan.
"Tapi saya jelaskan, saya tidak bisa menerjemahkan semua kata karena khawatir malah bisa timbul perselisihan," ujar Indra.
"Saya katakan kepada mereka, para peserta paham jika para pelatih itu marah atau memberikan instruksi," tambah dia.
Mengenai masalah ini, seorang interpreter lain bernama Fajar menimpali, memang pekerjaan juru bahasa itu tidak menyampaikan kata demi kata dari seorang narasumber.
"Kami bukan seperti penerjemah tulisan yang punya tenggat waktu longgar, bisa buka kamus, internet atau bertanya. Kami tak punya kemewahan itu," papar Fajar.