Padahal tahun lalu Indonesia kekurangan 750 ribu insinyur, namun melihat gerbang MEA semakin terbuka, justeru Indonesia semakin nggak bisa melawan serbuan insinyur asing.
Lantas, gimana cara Indonesia melunasi kekurangan insinyur yang jumlahnya dua kali lipat dari sebelumnya?
"Kami akui, Indonesia masih kekurangan (insinyur), baik jumlah maupun skill yang harus dimiliki untuk menghadapi MEA dan pasar global," kata Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak dalam konferensi pers pada tahun lalu.
Masih ingat betul pernyataan itu menjelaskan keadaan Indonesia pada akhir tahun lalu yang katanya sudah memiliki 750 ribu insinyur, tetapi sayangnya tidak semua lulusan insinyur bekerja pada bidangnya.
Data The ASEAN Federation of Engineering Organisations (AFEO) dalam konferensi pers PPI itu juga menyebut, dari jumlah total insinyur di Indonesia sebanyak 750.000 orang itu yang bekerja menjadi insinyur hanya 40 persen saja. Padahal, permintaan insinyur semakin mendesak apalagi jika melihat kebutuhan Indonesia dalam mendukung pembangunan infrastruktur pada tahun-tahun mendatang.
Siapkan 1,5 Juta Insinyur?
Wahdi Yudhi, Rektor Sampoerna University, mengitung kemungkinan dari ketidak-tersediaannya insinyur dalam negeri yang bisa menjadikan insinyur asing berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan yang dimaksud.
Serbuan ini menurutnya bakal bisa diatasi kalau Indonesia benar-benar menyiapkan 1,5 juta insinyur lokal yang dipersiapkan kampus-kampus (sesuai mandate 40 kampus) bekerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEK) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kisaran 7-10 persen per tahunnya. Baca: Belajar Teknik Sekelas Amrik
“Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketujuh pada 2030. Untuk bisa mencapai ke sana, kita sudah punya natural resources yang berlimpah. Kini saatnya kita memenuhi kebutuhan human capital resources, terutama di bidang teknik, kalau kita punya mimpi menjadi negara besar, peningkatan jumlah ahli teknik harus dipenuhi,” papar Wahdi Yudhi dalam pernyataan tertulis yang HAI terima, Kamis (4/8) pagi.
Wahdi mengatakan, ibarat sebuah kolam, industri di Indonesia mesti lebih banyak diisi dengan tenaga teknik dari Indonesia. “Jangan sampai kita menjadi penonton di negara sendiri karena tenaga asing yang banyak masuk ke kolam tersebut. Kita harus menciptakan tenaga yang tak hanya memenuhi standar kualitas Asia tetapi juga dunia,” katanya lagi.
Insinyur Siap Bekerja
Tidak hanya dari segi kuantitas, Indonesia membutuhkan tenaga insinyur yang berkualitas serta siap kerja dan siap mendunia. Untuk menyeimbangkan hal ini, para calon insinyur harus dibekali dengan kompetensi global sehingga bisa bersaing dengan tenaga kerja asing, baik di Indonesia maupun di negara lain.