Ada hal yang nggak kalah penting untuk mempersiapkan diri dalam meniti karier selain memiliki IPK yang gede, yaitu ikut organisasi yang melatih soft skill dan juga kemampuan bekerja dalam sebuah tim.
Sebagai mahasiswa, kita pasti akan dihadapkan dengan pilihan: mau aktif di kegiatan mahasiswa, tapi lulusnya agak lama, atau cepat lulus tapi nggak punya pengalaman berorganisasi?Pertanyaan yang lebih sadis mungkin gini: Mau ngejar IPK bagus, atau pergaulan yang luas?
Emang sih, nggak sedikit mahasiswa yang ingin menyelesaikan kuliahnya lebih cepat dari waktu standar yang ditentukan yaitu empat tahun. Dengan tercapainya dua poin tersebut, kiranya mahasiswa akan dapat lebih cepat mendapatkan pekerjaan dan juga membangun karier. Tapi ternyata, belakangan perusahaan-perusahaan besar nggak mencari itu aja. Perekrut juga mencari sosok yang matang dalam segala hal. Baik bekerja dalam sebuah tim dan juga membuat sebuah keputusan. Hal ini nggak akan didapatkan oleh mahasiswa yang hanya aktif belajar di kelas.
Proses tersebut hanya didapat ketika mahasiswa tersebut mengikuti sebuah organisasi di kampus tersebut. Yang paling sering jadi kawah penggodokan skill organisasi adalah Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM. Organisasi ini dibentuk untuk membangun jiwajiwa yang siap “tempur”.
Maksudnya, mahasiswa akan dilatih untuk mempertajam soft skill dalam berorganisasi yang berguna untuk meniti karier di kemudian hari. Meski begitu, anggapan negatif seringkali muncul di benak mahasiswa ketika mendengar kata BEM.
“Ngapain ikut-ikut kayak gituan, ngabisin waktu aja”, atau “gabung di organisasi udah pasti ngebosenin”, dan kalimat-kalimat serupa seringkali terlontar dari mulut mahasiswa saat membahas tentang BEM.
Well, sebelum lebih jauh mencemooh BEM, mending dengar dulu cerita dari Ahmad Uzlif dan Kirana Dewayani ini. Dua mahasiswa ini benar-benar merasakan betul betapa penting dan serunya ikut ambil peran dalam BEM.
“Awalnya gue juga ngerasa kayak males gitu, tapi ya semenjak gabung, baru ngerasain betul gimana asiknya ikutan BEM,” ungkap Ahmad Uzlif, mahasiswa jurusan manajemen Universitas Negeri Solo.