Follow Us

Plutonium: Si Kecil yang Bisa Meledak

- Senin, 22 Februari 2016 | 01:30
Bongkahan plutonium dtemukan dari sisa produksi di reaktor Nuklir
Hai Online

Bongkahan plutonium dtemukan dari sisa produksi di reaktor Nuklir

Jangan main-main dengan unsur kimia bernama Plutonium. Meski ukurannya kecil, muatan di dalam atomnya sanggup memecah Perang Dunia II. Pada awalnya, unsur ini sulit disaksikan dengan mata telanjang, namun para kimiawan telah mencatatkan sejarah, dimana pada 23 Februari 1941, unsur ke-94 ini berhasil diidentifikasi. Manusia pun jadi tahu, Plutonium: si kecil ini bukan cuma bisa meledak, tetapi juga tahan lama di luar angkasa.

Glenn T. Seaborg dan kelompok ilmuwan Berkeley adalah yang kali pertama memproduksi plutonium. Namun, menurut catatan Wikipedia, pada tahun 1934, Enrico Fermi dan sekelompok ilmuwan dari Universitas Roma La Sapienza melaporkan bahwa mereka telah menemukan unsur 94. Fermi menyebut unsur ini sebagai hesperium. Namun, sampel yang diduga sebagai unsur 94 ini sebenarnya hanyalah campuran barium, kripton dan unsur-unsur lainnya. Karena itu, keberadan Plutonium yang “menyempil” dalam campuran masih belum jadi perhatian. Hal ini terjadi karena pada saat itu juga, fisi nuklir masih belum ditemukan.

Dalam proses penemuannya, Plutonium (Pu-238) pertama kali diproduksi dan diisolasi pada tanggal 14 Desember 1940 oleh Dr. Glenn T. Seaborg, Edwin M. McMillan,J. W. Kennedy, Z. M. Tatom, dan A. C. Wahl dengan menembakkan uranium bersama deuteron. Pada percobaan tahun 1940, unsur sebelumnya neptunium- 238 berhasil diwujudkan secara langsung dengan penghantaman tersebut, tetapi ia kemudian meluruh dengan mamancarkan emisi beta dua hari kemudian. Hal ini mengindikasikan terbentuknya unsur 94. Barulah Plutonium kemudian berhasil diidentifikasi secara kimiawi pada 23 Februari 1941.

Dari sebuah laporan ilmiah yang mendokumentasikan penemuan unsur plutonium kemudian dipersiapkan oleh para ilmuwan Universitas California, Berkeley tersebut dan dikirim ke jurnal Physical Review pada Maret 1941. Sayangnya, laporan tersebut ditarik kembali sebelum publikasi, setelah ditemukan bahwa isotop unsur baru tersebut (Pu-239) dapat menjalani fisi nuklir yang dapat digunakan pada bom atom. Publikasi penemuan unsur tersebut kemudian ditunda setahun setelah akhir Perang Dunia II oleh karena kekhawatiran pada masalah keamanan dunia.

Edwin McMillan yang sebelumnya telah menamai unsur transuranium pertama dengan nama neptunium (berasal dari nama planet Neptunus) mengajukan bahwa unsur 94, sebagai unsur transuranium kedua, dinamakan dari planet setelahnya, yaitu Pluto.

Seaborg pada awalnya mempertimbangkan nama "plutium", namun kemudian merasa bahwa nama tersebut tidak sebagus "plutonium". Pemilihan simbol "Pu" oleh Seaborg pada awalnya hanyalah sebagai lelucon, namun ternyata simbol tersebut kemudian tanpa disadari telah terdaftar ke dalam tabel periodik. Nama-nama alternatif lainnya yang pernah Seaborg dan ilmuwan lainnya pertimbangkan adalah "ultimum" ataupun "extremium" karena terdapat kepercayaan bahwa mereka telah menemukan unsur terakhir pada tabel SPU.

Pada penelitian awal, plutonium sulit dibedakan dari sifat-sifa kimia uranium. Sampai penelitian dilanjutkan di laboratorim rahasia di Unversitas Chicago. Tercatat pada 18 Agustus 1942, sejumlah kecil unsur ini diisolasi dan diukur untuk pertama kalinya. Ukurannya sekitar 50 mikrogram plutonium-239 beserta uranium dan produk fisi diproduksi, namun hanya 1 mikrogramyang dapat diisolasi sebab unsurnya begitu reaktif.

Baru pada November 1943, beberapa plutonium trifluorida berhasil direduksi dan menghasilkan sampel logam plutonium pertama.Plutonium yang dihasilkan cukup banyak dan membuat plutonium sebagai unsur pertama yang dihasilkan secara sintetik (dibuat) sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang.

Sifat-sifat nuklir plutonium-239 juga dikaji; para peneliti menemukan bahwa ketika ia ditembakkan dengan neutron, ia akan memecah (fisi) dan melepaskan lebih banyak neutron dan energi. Neutron-neutron ini kemudian dapat menghantam atom plutonium-239 lainnya, dan mengakibatkan reaksi berantai yang meningkat secara eksponensial. Reaksi berantai ini dapat mengakibatkan ledakan yang cukup besar untuk menghancurkan sebuah kota apabila isotop dalam jumlah yang cukup dikonsentrasikan dan mencapai massa kritis.

Belajar dari unsur kimia bernama Plutonium, inilah 5 fakta “si kecil yang bisa meledak” dan mencetak sejarah dunia!

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest