Panjangnya durasi lagu di album ketiga mereka bukan tanpa sebab, walaupun hanya berisi enam lagu, materi-materi yang ada, dikumpulkan dan akhirnya dibongkar pasang pada 2012 itu disatukan dan mengambil warna sebagai simbol untuk penggabungan lagu-lagu tersebut. Bukan hanya soal durasi, proses pengerjaan album ini juga sangat berbeda dibanding dua album terdahulu mereka.
Menurut Cholil, jika dulu proses pengerjaan Efek Rumah Kaca biasanya dilalui melalui proses workshop lalu ada sesi jamming untuk membentuk sebuah lagu, dalam proses pengerjaan kali ini semua materi yang ada langsugn digarap di studio rekaman. Oleh karena itu, waktu pengerjaan molor, dan biaya rekaman juga turut membengkak.
“Alhamdulilah, sekarang kami sudah ada uang kas, jadi lebih aman lah,” sambung Cholil.
Selain soal proses yang berbeda, di album ini, Adrian, sang pembetot bas masih bersemangat dan selalu mencoba memberikan kemampuan terbaiknya dalam proses rekaman. Walaupun kondisi fisik dan kesehatannya terus menurun dan membuat proses penggarapan album ini turut tertunda, tapi peran Adrian dalam album ini masih sangat besar. Semua part bas dalam album ini masih diambil alih olehnya. Memang, untuk aksi panggung, posisi Adrian sebagai pembetot bas telah cukup lama digantikan oleh seorang cowok gondrong bernama Poppie Airil.
“Dia semangatnya luar biasa, dia masih terus megang bas. Walau dia ngerasa ini (kondisinya) penurunan, tapi semangat dia nggak pernah turun,” ujar Akbar.
Nggak cuma berhasil menuntaskan kewajibannya sebagai seroang bassist dalam proses rekaman, menurut Akbar, Adrian juga berperan besar dalam proses nama-nama warna yang dipilih dalam album ini. Tapi untuk urusan dapur rekaman, menurut Akbar, awalnya mereka akan memberikan judul pada lagu-lagu ini seperti biasa. Hingga akhirnya muncul sebuah ide untuk memberikan Adrian peran sebagai pemberi judul dari lagu-lagu yang digabungkan jadi satu, dengan latar belakang lagu yang digabungkan masih punya tema seirisan.
Misalnya, di lagu Putih yang merupakan gabungan Tiada dan Ada, dipilih nama Putih sebagai judulnya karena ketika Adrian mendengarkan lagu itu, dia merasakan warna putih dalam pandangannya.
Begitu pun proses lagu-lagu selanjutnya, hingga menghadirkan Merah yang gabungan dari Ilmu Politik, Lara Dimana-mana, Ada-Ada Saja, lalu Pasar Bisa Diciptakan dan Cipta Bisa Dipasarkan adalah isi dari Biru, Hilang dan Nyala Tak Terperi dalam Jingga, lalu Hijau yang berbicara tentang “sampah” dalam berbagai hal, dan Kuning yang bercerita tentang Keberagamaan dan Keberagaman.
Baca Juga