MTV memberi pencerahan. Dan jiwa pemberontak di dada muda-mudi membuat musik era ini jadi lebih berwarna.
Era ’90-an adalah era cerah bagi industri musik Indonesia. Dan hal ini nggak bisa dilepaskan dari masuknya pengaruh MTV yang lebih massif di kalangan anak muda.
Mulai tahun 1993, ANTEVE menayangkan tayangan MTV Asia di Singapura. Salah satu VJ yang ngetop saat itu ada Mike Kaseem. Lalu, hadir sosok VJ yang lebih “Indonesia”. Sebut saja Jamie Aditya, Nadya Hutagalung dan terakhir Sarah Sechan yang memang asli produk negeri ini.
Bermodalkan program MTV yang kreatif dan atraktif, ANTEVE langsung naik pamor. Acara andalan MTV macam MTV Headbangers Ball dan MTV Unplugged langsung jadi acara idola remaja. Efeknya langsung terasa. Influence musik barat yang beraneka dan nggak selalu mainstream jadi lebih cepat terserap. Dan musik-musik alternatif di barat sana, yang selama ini agak susah sampai ke telinga remaja Indonesia, jadi ikut populer.
Ada satu kata yang jadi pemersatu remaja ‘90-an. Kata itu adalah alternative.
Yap! Di era ini, industri memang tiba-tiba diakuisisi oleh jenis musik yang nggak biasa. Yang disebut-sebut sebagai alternative tadi. Mulai dari Nirvana dan barisan grunge-nya. Band-band punk semisal Green Day dan turunannya. Semuanya mendadak jadi masuk jalur mainstream.
Di Indonesia, tren ini juga muncul. Ditandai dengan kehadiran PAS Band, Kidnap, Galleri, Nugie hingga munculnya album Pesta Alternative. Melejitnya pamor musik non mainstream juga terlihat dengan diterimanya musik metal sebagai salah satu tren di awal ‘90-an.
Mengandalkan Metallica yang sempat konser di Stadion Lebak Bulus tanggal 10-11 April 1993, Megadeth, dan Anthrax, musik ini memang sempat menguasai dunia sebelum era grunge.
Di Indonesia, menggilanya metal ditandai dengan kehadiran Roxx, Rotor, Suckerhead sampai meledaknya penjualan temuan Log Zhelebour, Jamrud.
Menutup era ‘90-an, musik yang bukan pop kembali merajai industri. Ska, jenis musik yang sebenarnya adalah pendahulu reggae, jadi musik yang ngehits masa itu. Ditandai dengan kehadiran Waiting Room, Jun Fang Gung Foo, Shaggy Dog sampai band ska melayu, Tipe X.
Pengaruh besar yang diberikan musik Barat pada perkembangan musik Indonesia masih kental terasa. Wajar kalau generasi era ini masih sangat membutuhkan informasi seputar apa yang tengah hits di belahan dunia sana.
Wajar kalau informasi seputar acara musik besar sangat diminati. Seperti Woodstock Music Festival yang digelar dua kali di tahun 1994 dan 1999. Di Indonesia, festival sejenis Woodstock namun beda skala akhirnya digelar di Parkir Timur Senayan tahun 1996. Menghadirkan Sonic Youth, Beastie Boys, dan Foo Fighters, Jakarta Pop Alternative Festival digelar tanggal 14 Januari 1996. Festival ini sekaligus menandai era baru festival musik yang sebelumnya lekat dengan format kompetisi pencarian bakat baru.
Baca Juga: