Entah dari mana dan mulai kapan dipakainya istilah “ulang tahun”, yang jelas kalau kita baca-baca dan pikir-pikir lagi, sebenarnya ada yang sedikit kurang pas dengan pemakaian istilah ini buat menandai peringatan hari kelahiran seseorang. Maksudnya gini; Kalau percaya bahwa ucapan itu adalah doa, saban kali kita mengucapkan “selamat ulang tahun” ke teman atau kerabat lain artinya kita juga mendoakan dia untuk mengulang kembali tahun yang sudah dijalani. Nggak terlalu masalah kalau memang tahun (-tahun) yang sudah dijalaninya itu selalu dipenuhi keberuntungan, kesenangan, kebahagiaan. Tapi akan jadi beda ceritanya, kalau yang terjadi justru sebaliknya. Tega-tegaan amat kita ngedoain teman supaya mengulang tahun yang nggak asik. Ya kan?
Padahal yakin deh, yang selalu diharapkan oleh siapa saja yang tengah merayakan peringatan hari lahir adalah segala sesuatu yang lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Mirip kayak tahun baru. Makanya kalau kita perhatikan, tiap kali mau tiup lilin kue ultah, pasti sebelumnya adawish yang diucap, biasanya, dalam hati. Itu kan bisa dibilang sebagai bentuk harapan. Semacam resolusi atau niatan di awal tahun yang baru. Artinya, ya pasti ada keinginan bergerak maju. Nggak diam di tempat, apalagi sekedar mengulang.
Nggak heran pula buat sebagian pihak, di samping diperingati dengan sebuah perayaan, peringatan hari lahir dianggap sebagai waktu buat mikir, “Sudah ngapain saja selama setahun ini?”, “Sudah bisa bikin apa saja sampai usia segini?”, “Mau bikin apa lagi ya nanti?”, “Apa ya yang perlu dibenahi?”. Agak-agak berat dan ribet sih. Tapi biasanya memang begitu yang selalu dipikirin sama siapa saja yang selalu pengen maju. Apalagi kalau memang usianya sudah makin menginjak dewasa.
Macam HAI ini lah. Hehe.
Pikiran-pikiran seperti di atas tadi itu yang selalu menghantui kami, terutama menjelang peringatan hari lahir, eh, terbit, macam sekarang ini. Maklum lah. Sebagai media, sudah lebih dari 30 tahun HAI hadir. Artinya, sudah lebih pula dari dua, bahkan tiga generasi, yang kami temani dalam perjalanan mereka di masa remaja sebelum “mentas” jadi dewasa penuh, dengan segala aktivitas, cerita, atau info yang kami sajikan. Apalagi faktanya, nggak sedikit rekan seperjuangan kami, sesama media, yang mulai tertatih, bahkan ada sudah jelas-jelas menyerah buat terus berjalan dan berlari mengiringi kamu sekarang dan ke depan nantinya.
Di satu sisi kami bersyukur dan cukup berbangga masih bisa jalan terus hingga sejauh ini, tapi di sisi lain kami juga harus supercermat menentukan arah ke depan. Menentukan perjalanan kami, dalam membuat cerita baru buat brand media ini. Tentunya kami pun berharap kamu tetap ada serta makin terlibat penuh dalam cerita ini nanti. Cerita yang bukan sekedar pengulangan bertabur romantisme dan nostalgia kejayaan masa lalu, bukan juga klise tentang sukses karbitan yang muncul sejenak lalu hilang, melainkan cerita yang - mengutip lagunya kakak-kakak Sheila On 7 - akan menjadi sebuah kisah klasik pada jamannya nanti nun di masa depan sana.
Semoga!