Kalau ada teman yang ngajak buat datang ke festival musik jazz satu dekade lalu, sepertinya kita punya banyak alasan buat nolaknya. Kesan kaku, musik buat “orang tua”, sampai nggak asik bakalan ada tergambar di kepala. Tapi secara nggak sadar, kesan kaku musik jazz lambat laun mulai terkikis oleh gelaran garapan Java Festil Production ini. Yap, apalagi kalau bukan Java Jazz Festival.
Sejak pertama kali digelar di 2005 lalu, festival ini sukses memasyarakatkan jazz di negara kita. Hebatnya lagi, sejak pertama kali digelar hingga gelaran di tahun ke-11 pada 2015 ini, Java Jazz Festival nggak pernah absen digarap tiap tahunnya!
Makanya, nggak mengherankan kalau festival yang akan kembali digelar tahun depan pada 4 sampai 6 Maret 2016 itu sukses menggondol gelar The Best Festival dalam HAI READERS POLL MUSIC 2015 ini. Mendapat gelar sebagai The Best Festival, bukan berarti Java Jazz nggak pernah terkena kendala. Mulai dari soal line-up sampai kesulitan emncari sponsor, pernah mereka alami.
“Kami kadang merasa kesulitan ketika kami nggak memiliki program sama sekali. Bukan mentang-mentang kami festival besar kami selalu bisa menampilkan line-up yang sempurna. Karena, para musisi kadang-kadang nggak selalu menuruti permintaan kami karena mereka punya jadwal sendiri. Yang kedua jelas masalah finansial. Karena rokok sudah nggak diizinkan buat mengiklan, kami harus mencari cara buat bertahan meski tanpa sponsor dari rokok. Jadi, ini adalah tantangan yang kami hadapi sekarang dan untuk kedepannya. Tetapi, kami percaya dengan kapasitas tim ini dan hubungan baik dengan sponsor dan media. Memang, tahun lalu, posisi sponsorship nggak terlalu baik tetapi kami harus tetap menyelenggarakan Java Jazz di tahun selanjutnya dengan lebih baik. Sponsor juga kadang-kadang sulit buat ditembus lantaran mereka memiliki regulasi sendiri,” ujar Director Program Java Jazz, Paul Dankmeyer, saat HAI temui di ruangan kantornya, kawasan Simprug, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Keseriusan Java Festival Production dalam me-maintain gelaran ini nggak main-main. Tahun demi tahun yang mereka lewati akhirnya berhasil menghasilkan sebuah formula yang pas. Kombinasi perpaduan roots jazz dengan musik pop yang fresh berhasil mereka padukan, sehingga mampu menampilkan konten kekinian yang tersaji diantara nuansa jazz yang kental.
“Ada motivasi yang besar dari kami untuk menciptakan sebuah semangat bermusik untuk semua kalangan, entah untuk para penonton atau para artisnya. Dan bagi kami, berusaha sebaik mungkin untuk tetap menjaga background festival ini, yaitu jazz music karena yang kami hadirkan di sini semuanya untuk audiens dan artisnya itu sendiri,” pungkas Paul.