Gara gara berita kemenangan film karya Damien Dematra yang berjudul Anak Kampoeng di American International Film Festival, semalam tiba tiba muncul perdebatan antara @JokoAnwar dan @DamienDematra di timeline @HaiMagazine. Yang dimeriahkan juga oleh @dalangdigital dan @wisnukucing. Perdebatan ini berbicara seputar keabsahan festival film yang diikuti Anak Kampoeng-nya Damien Dematra. Sementara ini Hai masih mencari waktu untuk ngobrol bareng Joko Anwar dan Damien Dematra secara langsung. Nah, supaya menjauh dari poin no 13 di #kultwit Joko Anwar, silakan pelajari dulu timeline Joko Anwar dibawah ini.
1. Festival film internasional itu ratusan. Ada yg prestisius, ada juga yg super abal-abal.
2. Jadi jika satu film diputer di sebuah festival film internasional, bukan berarti filmnya pasti bagus. Apalagi "berjaya.
3. Kekurangtauan publik ttg film festival sering dimanfaatkan oleh produser/filmmaker abal-abal untuk promosi filmnya.
4. Contoh: film diputer di kios di pasar film Cannes, dibilang filmnya masuk Cannes. (Hello, Pak Jero).
5. Padahal umumnya siapa aja bisa bayar, buka kios untuk jualan film di sebuah pasar film sebuah festival.
6. Terus, ada yg naroh lambang daun2 festival menuhin poster. Festivalnya absurd. Dikiranya semakin banyak daun semakin teduh kali.
7. Ada juga yg naroh penggalan quote dari review, misalnya "Amazing!" padahal kalimat aslinya "As amazing as watching dog poop".
8. Media bisa cross-check lewat internet, kalo misalnya ada filmmaker klaim filmnya "berjaya" di festival. Festivalnya bener gak.
9. Jangan sampai ada filmmaker delusional yg masuk berita filmnya 'menang kategori film 35mm' wtf. Padahal sutingnya pake video. :))
10. Masak film masuk 'shortlist' di festival aja sampai diberitain. Kayak bilang 'Eh, gue sodara Tom Cruise loh, nenek moyangnya sama.'
11. Jadi sebenernya perfilman Indonesia sama saja kayak semua aspek profesi di Indonesia. Kebanyakan tukang klaim.