Setiap teman biasanya punya keunikan masing-masing. Ada yang begini, ada juga yang begitu, dan biasanya sesama teman sudah bisa saling mengenal dan menerima satu sama lain.
Tapi kalau ada teman yang dulunya asik, nggak belagu, lucu, dan nggak sok borju. Hehe intinya dia yang dulu itu down to earth, eh tiba-tiba teman kita yang satu ini pun berubah, dia jadi lebih narsis, belagu, suka memperolok, dan anehnya suka membanding-bandingkan muka kerennya ke orang-orang sekelingnya dengan muka kita yang biasa-biasa aja.
Berdasarkan cerita, kawan kita yang satu itu baru-baru ini rajin ngegym, dan baru aja ikutan kontes model gituh, terus wajahnya masuk majalah juga. Dari sana dia jadi keseringan narsis dan hasilnya dia jadi annoying. Menyebalkan bukan?
Walau pun nggak heran di dunia sekarang ini memang bertaburan makhluk-makhluk narsis, yang kerjaannya kurang lebih sama seperti yang disebutkan di atas. Tapi kalau keterlaluan juga, pasti bakalan bikin jengkel.
Dalam dunia psikologi, Narsissits ata egosentrik termasuk dalam penyakit kejiwaan, yang pertama kali ditemukan oleh Sigmund Freud tahun 1856. Narsis digambarkan sebagai sebuhan kecintaan berlebihan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri.
Parahnya lagi, kadang pengidap narsissits/narsisis ini menganggap orang atau kelompok lain yang nggak menjadi bagiannya, atau nggak menyerupainya dianggak nggak setara dengannya dan nggak memiliki arti apa apa. Parah kan? Makanya orang itu selalu ingin dikagumi dan mengagumi dirinya sendiri, apalagi kalau terlahir dengan fisik sempurna dan otaknya cerdas melebihi manusia lainnya. Udah deh, kayak temen kita di atas tadi.
Menghadapi teman narsis, gampangnya tinggal jauhi sementara waktu untuk sahabat kamu yang begitu. Tapi kan sebagai sahabat yang baik, kamu nggak bakal ninggalin dia begitu saja. Kesetiakawanan sosial tetap perlu kita junjung, makanya kita perly repot-repot sedikit untuk memberi pengertian pada si dia.
Pertama, ngomong secara baik-baik kalau tingkat kenarsisannya itu sudah melebihi level 12 maicih, pedes banget, parah, dan kelewatan. Sampai-sampai telah bikin kamu emosi dan berniat resign jadi sahabatnya.
Kedua, bersikap ironis dan sarkastik aja. Biasanya para narsisis senang banget kalo membahas soal dirinya. Jadi saat sahabat mulai mengoceh tentang kelebihan yang dia miliki, kamu bisa memberi feedback dengan nada sedikit menyindir, misalnya dengan kata-kata, "Oh, begitu, toh!", "Terus gw mesti bilang WOW!?" Dan pilihan kalimat lainnya.
Ketiga, jangan ragu dan takut memotong pembicaraannya. Kalau dia masih berusaha untuk mengembalikan obrolan tentang dirinya. Langsung cut, ganti saja dengan topik yang dia nggak tahu atau yang baru di luar dirinya. Moga saja pembicaraan baru dapat memerkecil kemungkinan sahabat narsis untuk tetap bercuap-cuap.
Terakhir, pasang muka datar. Secara logika, komunikasi yang baik akan terjalin jika antara pihak komunikan dan komunikator saling memberikan feedback positif. Nah, kalau salah satunya datar, kemungkinan si narsos bisa mengurangi atau menurunkan kadar kenarsisannya yang nggak dianggap tadi.
Tapi ada cara lain, ini cara positif untuk melawan arus negatif. Hehe cara ini bisa jadi win win solution untuk bisa kembali memahami perilaku orang lain dan diri sendiri. Ambil hal positifnya saja, kamu pun bisa jadi ikutan termotivasi untuk berolahraga dan memiliki tubuh atletis dan sehat, semoga saja cara ini bisa membuat persahabatan kalian jadi lebih akrab.
Tapi yang perlu difahami sekali lagi, adalah setiap sahabat memang punya sifat yang berbeda-beda. Tinggal bagaimana cara kita menyikapinya. Just keep calm, and say cheers!