Follow Us

Jurusan Hubungan Internasional : Kolaborasi Indah Politik & Budaya

- Rabu, 18 Februari 2015 | 07:52
Jurusan Hubungan Internasional Kolaborasi Indah Politik Budaya
Hai Online

Jurusan Hubungan Internasional Kolaborasi Indah Politik Budaya

Jurusan satu ini merupakan kolaborasi indah antar politik dan budaya. Menghubungkan kita secara internasional, dan menjadikan kita pandai berkomunikasi secara global.

Bagi Mohammad Edwin N. Ghazali, dunia politik dan budaya adalah dua hal yang paling digemarinya. Menghabiskan masa kecilnya di Wina, Austria, cowok yang akrab disapa Ebing ini nggak pernah puas untuk memelajari mulai dari budaya antar-negara, kebijakan politik, hingga perang dunia.

"Memang, politik cenderung membingungkan, tapi di sisi lain, ada nilai budaya yang bisa dipelajari dari tiap Negara. Jadi, pusing karena melulu mikirin politik," buka Ebing.

Ebing mewarisi minat dari ibunya dalam hal politik dan budaya antar-negara. Sedangkan dari sang ayah, dia belajar soal manajemen dan bisnis. Makanya, Ebing serius memilih jurusan Hubungan Internasional, guna mewujudkan impian masa kecilnya.

Apa sih, sebenar cita-citanya?

"Gue ingin punya restoran khas Indonesia yang sifatnya internasional. Berdasarkan apa yang gue lihat ketika di Austria, bisnis semacam itu punya potensi yang sangat bagus. Seinget gue juga, hanya ada satu restoran yang menyediakan makanan Indonesis, itu pun dikelola oleh orang Malaysia. Sayangnya, belum ada sosialisasi yang bagus di sini mengenai bisnis restoran di luar negeri," ujarnya.

Bahasa Ingris Mutlak

Meski begitu, anak bungsu dari tiga bersaudara ini juga nggak menampik untuk kerja dinas bila lulus kelak. Di tahun keduanya mendalami Hubungan Internasional, Ebing menyebut kalau Bahasa Inggris mutlak diperlukan sebagai kemampuan dasar.

"Harus diakui, kadang kemampuan dalam berbahasa Inggris antara dosen satu dan lainnya nggak merata. Tapi itu nggak jadi masalah, selama materi yang dibawakan bisa dimengerti oleh mahasiswanya. Yang repot adalah kalau ada dosen yang merasa paling pintar, apalagi anti-kritik. Nah, kalau sudah seperti itu, harus pintar-pintar menempatkan diri. Kalau nggak, sentiment si dosen pasti muncul," cerita Ebing.

Bukan hanya menyoal tentang kemampuan berbahasa, cowok yang berencana ke Taiwan dalam waktu dekat ini juga beranggapan kalau sebagai mahasiswa HI, dirinya dituntut untuk lebih peka terhadap perkembangan politik tiap negara.

"Harus rajin menyimak berita di media massa mengenai kebijakan Negara-negara. Karena selain berguna untuk menambah wawasan secara pribadi, updating berita seperti itu juga dibutuhkan saat memelajari mata kuliah tertentu," tambahnya.

Sering Ngobrol ala Diplomat

Bila dua hal tersebut berjalan dengan lancar, Ebing yakin kalau kuliah di HI bisa jadi amat menyenangkan. Setelahnya, punya kesempatan bekerja sebagai diplomat atau dipercaya Indonesia sebagai wakil di negara lain, jelas jadi sasaran yang nggak boleh dilewatkan.

"Harus sering ngobrol dengan senior agar bisa mendapatkan link yang bagus. Sejauh ini, senior di kampus gue selalu baik kepada yuniornya. Biasanya mereka selalu berbagi informasi bila ada kegiatan atau beasiswa, misalnya ke Eropa atau Amerika. Pokoknya buka wawasan seluas mungkin. Think locally and act globally!" pungkas Ebing.

Setuju, Bing!

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest