Lulus dari National Aviation Management (NAM) Flying School di Pangkal Pinang, Bangka Tengah Indonesia, Dannis memutuskan untuk mengejar beasiswa sekolah penerbangan di salah satu maskapai swasta.
Cowok kelahiran, Jakarta 26 November 1990 ini beralasan, untuk menjadi pilot professional membutukan jam terbang yang banyak, dan menerbangkan berbagai pesawat yang ada.
"Di sekolah penerbangan umumnya hanya mengendarai pesawat sederhana, gue pengen bisa ngebawa Boeing atau Air Bush, makanya gue kejar beasiswa company walau pun kriterianya ketat banget," kata Dannis.
Nggak heran, pengejarannya meraih beasiswa company dari salah satu perusahaan maskapai, Dannis menyisihkan beberapa kandidat lainnya dan mendapat kesempatan belajar menerbangkan pesawat lebih luas.
"Kriterianya cukup ketat kalau untuk meraih beasiswa ini karena perusahaan ingin mendapat pilot terbaik. Yang gue alami, waktu itu ikut tes yang super ketat, tes matematika dan bahasa Imggris itu pasti, yang lama adalah ngelewatin psikotestnya yang berlangsung sekitar 3 harian gituh," terangnya.
Dengan ketekunannya belajar menerbangkan pesawar berukuran besar, Dannis akhirnya berhasil melewati tahapan itu selama hampir dua tahun.
"Kita disekolahkan gratis dua tahun, sampai benar-benar mahir, pelajaranya ketat, disiplin banget mirip militer gituh. Bebebrapa ada yang keluar karena nggak kuat ngejalaninnya, tapi kembali ke masing-masing kita, kalau ada kemauan dan usaha keras , pasti smeua bisa," tegasnya.Kini Dannis sudah menajdi pilot professional Sriwijaya Air berjadwal, tidak hnaya penerbangan domestik, tetapi kawasan Asia sudah pernah dilintasinya.
"Gue masih belum puas dan akan terus belajar mengembangkan ini smeua," ucapnya lagi. Salut!