Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Gentleman Campaign on Barberbox

- Selasa, 09 Juli 2013 | 10:14
Gentleman Campaign on Barberbox
Hai Online

Gentleman Campaign on Barberbox

Sekitar tahun 1880 sampai 1940, di berbagai belahan dunia, barbershop jadi tempat yang wajib dikunjungi cowok-cowok. Nggak cuma untuk cukur rambut atau jenggot, barbershop seakan menjadi ruang publik untuk saling curhat masalah cowok. Dua cowok ini, berangkat dari ketidakpuasan mereka terhadap pelayanan barbershop yang ada sekarang, mencoba membangkitkan kembali masa-masa keemasan barbershop.

"Cowok-cowok sekarang kok suka pergi ke salon? Padahal kan ada barbershop. Kita pikir, anak muda sekarang punya stereotype kalau barbershop yang ada sekarang itu kuno, bapak-bapak banget. Dari situ tercetus untuk bikin barbershop dengan konsep beda," buka Putra (23) yang bersama sepupunya, Emyr (21), melakoni bisnis ini pada Desember 2012 lalu.

LOW SKILL, SMART PROMOTION

Walau keduanya mengaku nggak punya keahlian mencukur rambut, toh, nggak sampai setahun mereka mampu meraup omzet hingga Rp.40 juta per bulan. Ya, mereka cuma punya modal kejelian melihat pasar dan teori tentang hairstyling.

"Kita coba cari tau, apa sebenernya men's grooming itu dengan mendatangi beberapa barbershop. Gue dan Emyr arkhirnya belajar juga tentang bentuk muka, kepala, dan jenis rambut, karena tiga faktor ini yang paling penting untuk potong rambut," kata Putra.

Pengetahuan itu pula yang mereka ajarkan pada kapster-kapster yang mereka rekrut. "Teori-teori dasar ini yang justru nggak diketahui kapster-kapster yang belajar cukur secara otodidak, akhirnya konsumen di barbershop lain banyak yang ngeluh soal potongan rambut," tambah Emyr.

Hasilnya, kapster-kapster di Barberbox bisa memberikan kita konsultasi soal rambut yang jarang ada di barbershop lain. Merekat siap menjelaskan soal tren rambut cowok, cara perawatan sampai ke cocok atau nggaknya potongan rambut.

Sedangkan untuk urusan promosi, mereka nggak mengalokasikan budget yang tinggi. keduanya memilih untuk memanfaatkan kekuatan social media."Sebisa mungkin Gue minta bantuan ke temen-temen gue untuk nge-blast Barberbox. Gue suruh tweet, broadcast di BBM serentak. Itu salah satu teknik kami, yang akhirnya bikin orang penasaran," kata Putra.Ternyata, ini juga efektif, konsumen Barberbox mulai membludak, sampai akhirnya mereka berencana untuk membuka cabang Barberbox di tempat lain.

WHERE A MAN TURN INTO GENTLEMAN

Ini konsep yang dimaksud Putra di awal. Karena dasarnya barbershop itu emang untuk cowok, Putra dan Emyr memaksimalkan celah itu. Barberbox punya gimmick sendiri. Setiap konsumen cowok yang datang ke sana, mereka "perlakukan" layaknya seorang gentleman.

"Menurut kami, seorang yang gentleman itu bukan dillihat dari penampilan aja, tapi juga dari sikapnya, makanya di Barberbox ada juga campaign tentang bagaimana menjadi seorang gentleman," kata Emyr yang memang mengaku hobi bisnis ini.

Jangan heran, ketika datang ke Barberbox di daerah Senopati Jakarta Selatan, kamu bakal disuguhi quotes tentang bagaimana memperlakukan cewek di beberapa sudut ruangan. Emyr dan Putra nggak main-main soal kampanye ini. Bahkan, jika ada konsumen cewek yang datang ke Barberbox untuk potong rambut, mereka nggak memungut biaya, alias gratis! Wow, they really know how to be a gentleman.

Ingin tahu, berapa harga yang ditawarkan di Barberbox ini, cek majalah HAI edisi 26. Dan ke tempat ini, hmm bukan cuma rambut lo doang, tapi sikap lo bakal lebih gentleman!

Editor : Hai





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x