Studi menemukan, peningkatan sindrom patah hati kemungkinan terkait tekanan psikologis, sosial, dan ekonomi yang dipicu pandemi.Tekanan itu mencakup karantina yang dipaksakan, kurangnya interaksi sosial, aturan ketat terkait jarak fisik, dan konsekuensi ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
"Pandemi telah menciptakan lingkungan paralel yang tidak sehat," kata Dr. Ankur Kalra, ahli jantung yang memimpin penelitian. (*)
Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Studi: Sindrom Patah Hati Meningkat Selama Pandemi"