Follow Us

Lagi Nge-Tren Bersepeda Di tengah Pandemi, Begini Etika Baik Pas Gowes Supaya Nggak Ganggu Pengguna Jalan Lain

Annisa Putri Salsabila - Kamis, 11 Juni 2020 | 21:00
Turis Asing Bersepeda di Gili Trawangan
KIRAM/HAI

Turis Asing Bersepeda di Gili Trawangan

"Jalanan di kota-kota maju biasanya membatasi kecepatan kendaraan di dalam kota pada rentang 30-40 kpj," ucap dia.

Endri juga menilai, bersepeda sebagai sarana hiburan bagi masyarakat, setelah mereka berdiam diri di rumah selama berbulan-bulan.

Menurut Endri, untuk tetap mempertahankan tren bersepeda perlu campur tangan pemerintah kota dalam menyediakan sarana infrastruktur. Infrastruktur yang dimaksud Endri, misalnya terkait sama jalur sepeda yang aman, tempat parkir yang memadai di perkantoran serta pusat perbelanjaan.

Sehingga sepeda nggak cuman digunakan untuk olahraga tapi juga bisa digunain sebagai sarana transportasi pribadi.

Baca Juga: Bocah Korban Bullying Dapat Hadiah Sepeda dan Beasiswa Hingga Lulus SMA

"Kalau pemerintah kota abai dengan nggak perbaiki infrastruktur kenyamanan bersepeda, tren ini mungkin cuman bakalan sesaat aja dan sepeda nggak lagi digunakan untuk keperluan transportasi," terangnya.

"Misalnya pesepeda saat car free day Jakarta selalu ramai memenuhi jalan yang sangat lebar seperti Jalan Thamrin dan Sudirman."

"Namun yang menggunakan sepeda untuk keperluan transportasi masih sangat sedikit karena infrastruktur bersepeda masih sangat minim," terangnya. Lalu apa saja etika bersepeda yang harus diterapkan oleh para pesepeda supaya nggak ganggu pengendara yang lain?

1. Pake helm.

2. Taat peraturan lalu lintas kalo di jalan raya.

3. Pake lajur paling kiri.

4. Kalo bersepeda berkelompok, harus bikin barisan memanjang.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest