HAI-Online.com - Nggak bisa dipungkiri, perasaan iri biasanya akan muncul ketika orang-orang melihat postingan dari teman di media sosial, entah karena mereka memperlihatkan barang yang baru saja dibeli, pergi liburan, hingga punya pacar baru.
Bahkan, apabila rasa iri tersebut telah memuncak, orang-orang bisa merasa frustasi karena jadi terpacu untuk bisa meraih hal serupa, namun nggak berhasil mendapatkannya semudah seperti apa mereka perkirakan.
Hal itu ternyata sejalan dengan temuan dalam penelitian berjudul A Tool to Help or Harm? Online Social Media Use and Adult Mental Health in Indonesia, yang secara khusus menyoroti gangguan kesehatan mental akibat penggunaan media sosial di Indonesia.
Menurut salah seorang peneliti yang ikut serta dalam riset tersebut, Sujarwoto, perasaan iri dan getir sendiri muncul karena medsos membuat pengguna menjadi lebih sering membandingkan kehidupan yang dia miliki dengan orang lain.
Apalagi, luasnya lingkup media sosial otomatis akan membuat kecenderungan rasa iri yang timbul di antara pengguna menjadi semakin tinggi.
"Kalau dulu sebelum ada akses internet hanya dengan tetangganya, keiriannya masih sama tetangganya. Nah sekarang kan lebih luas", terang Sujarwoto seperti yang dikutip HAI dari Kompas Tekno.
Selain itu, penggunaan media sosial secara berlebih bisa menghilangkan kepuasan akan hidup dan menciptakan rasa frustasi yang timbul karena keriuhan di medsos, salah satunya dari keributan akibat perbedaan pendapat satu dengan yang lain.
"Ditambah berita-berita yang tersebar di media sosial juga banyak berita negatif. Sedikit banyak, itu membuat pembaca merasa depresi. Hal-hal itu perlu diperhatikan, kelihatannya tidak masalah tapi jika dibiarkan dalam jangka panjang akan jadi masalah," jelasnya lebih lanjut.
Untuk terhindar dari perasaan iri dan frustasi, Sujarwoto pun menyarankan supaya masyarakat di Indonesia lebih bijak dalam mengatur waktu ketika menggunakan media sosial, dan pemerintah memberi edukasi mengenai pentingnya kesehatan mental. (*)