Follow Us

Milenial Disebut Bakal Susah Beli Rumah, Solusinya Mari Kita ke Jepang

Alvin Bahar - Minggu, 14 April 2019 | 19:30
Rumah kosong di Jepang
dok. mStar

Rumah kosong di Jepang

HAI-ONLINE.COM - Beberapa waktu lalu muncul riset yang membuat anak muda resah. Riset tersebut menyimpulkan, lima tahun lagi, generasi milenial terancam nggak bisa membeli rumah. Riset tersebut dilakukan oleh Rumah123.com dan Karir.com. Hasil riset mengungkapkan kenaikan gaji normal di luar promosi sepanjang 2016 rata-rata sebesar 10 persen. Sementara, lonjakan harga rumah minimal 20 persen. Artinya, pada lima tahun mendatang, generasi muda kelahiran tahun 1981-1994 terancam tidak bisa membeli rumah. Sebab, kenaikan gaji mereka tidak berimbang dengan harga rumah di pasaran.Uniknya, permasalahan ini mungkin bisa selesai dengan tinggal di Jepang. Harga properti di Jepang mungkin meningkat, tetapi negara ini juga masih memiliki lebih dari delapan juta rumah yang tidak ditempati. Beberapa pemilik bahkan memberikannya secara sukarela bagi siapa pun yang ingin menempatinya.

Baca Juga : 4 Kisah Manusia yang Mendokumentasikan Kematiannya Lewat TulisanMeskipun rumah-rumah tersebut tidak terdaftar dalam pasar properti, tapi mereka muncul dalam situs daring bernama "akiya banks", mengacu pada istilah Jepang yang berarti "rumah kosong". Beberapa rumah benar-benar diberikan secara gratis, sementara yang lainnya hanya dijual dengan harga 4 dollar AS.Kondisi rumah memang tidak semuanya bagus. Strukturnya mengikuti metode lama dan hanya bisa bertahan 20-30 tahun. Beberapa di antaranya juga dibangun di tanah miring sehingga tidak sehat secara struktural.Namun, meskipun diberikan secara gratis, rumah-rumah ini masih kosong tanpa pemilik. Ada alasan besar di baliknya: yakni karena populasi Jepang yang semakin menurun. Menurut peneliti, dalam dua dekade terakhir, Jepang sudah kehilangan 16 juta penduduk.

Saat ini, lebih banyak populasi penduduk tua di Jepang. Artinya, semakin dikit dewasa muda yang membutuhkan rumah. Apalagi, banyak dari mereka yang menolak untuk berkeluarga.

Para penduduk tua yang meninggal atau masuk panti jompo pun akhirnya membiarkan rumahnya terbengkalai begitu saja. Sementara itu, jumlah anak mudanya yang semakin sedikit tak cukup untuk mengisi kekosongan yang mereka tinggalkan.

Selain karena faktor penurunan populasi, fenomena rumah kosong ini juga dipicu oleh kepercayaan lokal.

Di Jepang, menempati rumah yang sudah lama kosong atau pernah menjadi lokasi pembunuhan, bunuh diri, dan kematian karena kesepian, dianggap akan membawa nasib buruk. Oleh sebab itu, banyak yang lebih memilih meninggalkan properti dengan stigma tersebut.

Beberapa agen pemasaran berusaha mengenyampingkan takhayul dengan melakukan berbagai ritual dan menerapkan feng shui saat renovasi, tapi cara ini belum berhasil.

Fenomena rumah kosong ini tidak hanya terjadi di pedesaan dan pinggiran kota tapi juga di kota besar. The Japan Times melaporkan, 1 dari 10 rumah di Tokyo, saat ini tidak ada yang menempati.

Adanya undang-undang mengenai berbagi-rumah, memungkinkan Airbnb dan layanan serupa untuk mengambil alih properti tak berpenghuni tersebut.

Namun, ketika undang-undang diberlakukan pada Juni lalu, ternyata ada larangan ketat seperti membatasi waktu sewa menjadi 180 hari. Ini membuat Airbnb tak lagi tertarik mengelola rumah kosong itu.

Pemerintah Jepang sedang berusaha keras untuk membagi-bagikan rumah ini agar mereka tidak menjadi korban gulma dan coretan grafiti. Nggak hanya gratis, pemerintah lokal bahkan memberikan subsidi bagi pemilik rumah baru yang berniat membangun ulang bangunan yang sempat ditinggalkan tersebut.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest