Follow Us

Ini Dia Perang Tersingkat Sepanjang Sejarah, Terjadi Nggak Sampai Sejam!

Alvin Bahar - Selasa, 09 April 2019 | 17:15
Pasukan Zanzibar di depan reruntuhan.

Pasukan Zanzibar di depan reruntuhan.

HAI-ONLINE.COM - Pada tahun 1896, sebuah perang antara Inggris dan Zanzibar terjadi. Perang ini kemudian menjadi perang tercepat dan tersingkat dalam sejarah. Peperangan ini terjadi hanya karena Khalid bin Barghash menjadi seorang Sultan.

Bermula pada tahun 1893, Hamad bin Thuwaini diberikan kedudukan karena mendukung Inggris (pro Inggris) di daerah itu. Hamad memerintah lebih dari 3 tahun, hingga pada tanggal 25 Agustus 1896 ia meninggal secara mendadak di istananya. Hingga kini masih nggak diketahui penyebab kematiannya. Namun, banyak yang meyakini bahwa Hamad diracuni oleh Khalid bin Barghash, sepupunya sendiri.

Tuduhan tersebut diyakini karena sebuah alasan: Beberapa jam setelah kematian Hamad, Khalid segera ke istana dan mengambil alih posisi Hamad sebagai Sultan, tanpa persetujuan Inggris. Selain itu, sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangai pada tahun 1886, untuk mendapatkan posisi Sultan, seseorang harus mendapatkan persetujuan dari konsul Inggris.

Baca Juga : Anti Tas Gede? Berikut 5 Rekomendasi Tas Mini Buat Kamu yang Praktis dan Fashionable, Harga Mulai Rp300 Ribuan

Para diplomat Inggris sama sekali nggak senang atas pergantian posisi sultan yang terjadi secara mendadak ini. Apalagi, Khalid nggak seperti Hamad, yang mendukung Inggris. Khalid justru mendukung untuk menyeruakan kemerdekaan Zanzibar.

Sebagai info, saat itu, Zanzibar merupakan negara jajahan Inggris.

Basil cave, diploma utama dengan cepat menyatakan bahwa Khalid harus mundur dari posisinya. Namun, Khalid mengabaikan peringatan Cave dan ia mulai mengumpulkan pasukannya di sekitar istana.

Pasukan yang dikumpulkan telah dipersenjatai dengan baik, meskipun beberapa senjata dan meriam sebenarnya merupakan hadiah diplomatik untuk para sultan dari tahun ke tahun.

Pada 25 Agustus, sebanyak 3.000 pasukan diturunkan untuk mengamankan istananya dan dilengkapi dengan beberapa senjata artileri dan sebuah Royal Yacht bersenjata ringan di pelabuhan terdekat.

Pada saat yang sama, Inggris sudah menyiapkan dua kapal perang, HMS Philomel dan HMS Rush yang telah berlabuh di pelabuhan. Para pasukannya dengan cepat dikirim ke darat untuk melindungi Konsulat Inggris dan menjaga penduduk setempat dari kerusuhan.

Cave juga meminta bantuan dari kapal Inggris terdekat lainnya, yaitu Sparrow HMS, yang memasuki pelabuhan pada malam harinya.

Meskipun Cave memiliki kuasa di pelabuhan, ia tahu bahwa ia nggak memiliki wewenang untuk membuat permusuhan tanpa persetujuan dari pemerintah Inggris.

Baca Juga : Deretan Produk Gagal Ini Akhirnya Berguna.... Setelah Masuk Museum of Failure

Untuk mempersiapkan kemungkinan yang terjadi, pada malam itu, ia mengirimkan sebuah telegram ke Kantor Luar Negeri. Sementara menunggu balasan dari Whitehall, Cave terus mengeluarkan ultimatum kepada Khalid. Namun nggak berhasil.

Keesokan harinya, dua kapal perang Inggris lainnya memasuki pelabuhan, HMS Racoon dan HMS St George. Kapal terakhir membawa Perwira Tinggi Muda Harry Rawson, komandan armada Inggris di daerah itu.

Kemudian, Cave menerima balasan dari Whitehall yang menyatakan,

“Anda diberi wewenang untuk melakukan tindakan apa pun yang dianggap perlu. Tindakan yang Anda lakukan akan didukung oleh Pemerintah. Namun, jangan mencoba melakukan tindakan apa pun yang Anda nggak yakin dapat berhasil dengan sukses."

Pada tanggal 26 Agustus, ultimatum terakhir untuk Khalid dikeluarkan agar ia segera meninggalkan istana pada pukul 9 pagi keesokan harinya. Malam itu, Cave juga menuntut agar semua kapal non-militer meninggalkan pelabuhan dalam persiapan untuk perang.

Pukul 8 pagi keesokan harinya, satu jam sebelum ultimatum berakhir, Khalid mengirim balasan ke Cave yang menyatakan:

"Kami nggak berniat mengangkut bendera kami dan kami nggak percaya Anda akan menembaki kami."

Cave menyatakan sebenarnya dia nggak ingin untuk menembaki istana, tetapi "kalo Anda melakukan apa yang diperintahkan, kami pasti akan melakukannya."

Pada pukul 9 pagi, kapal-kapal Inggris yang tiba di pelabuhan mulai menembaki istana.

Pada pukul 09:02 sebagian besar artileri Khalid hancur. Struktur istana juga mulai runtuh dengan 3.000 orang pasukan di dalamnya. Sekitar dua menit setelah pengeboman dimulai, Khalid dikabarkan telah melarikan diri melalui pintu belakang istana dan meninggalkan para pelayan serta pasukannya.

Pada pukul 09:40, penembakan dihentikan dan bendera Sultan segera ditarik turun. Berakhirnya perang tersebut menjadi perang tersingkat dalam sejarah di mana hanya terjadi selama 38 menit.

Perang yang singkat ini memakan korban cukup banyak di mana 500 pejuang Khalid terbunuh akibat ledakan bom.

Artikel ini pertama kali tayang di National Geographic dengan judul "Perang Tersingkat Sepanjang Sejarah, Inggris Melawan Zanzibar"

nggak

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular