Follow Us

Pendaki Gunung Tampomas Tewas Kedinginan, Kenali 3 Gejala Hipotermia

Bayu Galih Permana - Senin, 04 Maret 2019 | 16:00
Ilustrasi Hipotermia
iStockphoto

Ilustrasi Hipotermia

“Mulai terasa pusing di awal, ini juga gejala hipotermia,” ujar pria “kepala lima” yang kerap dipanggil Kang Bongkeng oleh para pendaki.

Stadium Sedang

Setelah mengalami gejala stadium ringan, pendaki akan mulai sulit melakukan gerak tubuh, yang kompleks seperti mencengkeram, ataupun memanjat.

Meskipun begitu, pada kondisi ini si pendaki diketahui masih dapat melakukan aktivitas berjalan dan juga berbicara dengan normal.

Baca Juga : Pendiri Vans Warped Tour Usahain My Chemical Romance Reunian

Stadium Berat

Beranjak lagi ke stadium terakhir, pendaki akan merinding makin hebat, datang bergelombang, dan tiba-tiba berhenti karena glikogen yang dibakar di dalam otot sudah tidak mencukupi untuk melawan suhu tubuh yang terus menurun.

“Hal ini disebabkan glikogen yang dibakar di dalam otot sudah tidak mencukupi untuk melawan suhu tubuh yang terus menurun. Akibatnya, tubuh berhenti merinding untuk menjaga glukosa (bahan energi),” seperti yang tertulis dalam buku panduan Mapala UI 2012.

Apabila telah mencapai puncaknya, tubuh pendaki akan merasa sangat lemas sampai akhirnya nggak bisa berjalan karena otot mulai kaku setelah aliran darah ke permukaan berkurang dan disebabkan oleh pembentukan asam laktat dan karbondioksida.

Selain itu, ciri lain yang terlihat adalah kulit mulai pucat, bola mata terlihat membesar, serta denyut nadi terasa menurun.

“Batasnya di suhu 30 derajat celcius, masuk fase penghentian metabolisme. Korban tampak seperti mati, padahal sebetulnya masih hidup. Ataupun tiba-tiba halusinasi seperti kesurupan, ini yang banyak salah persepsi,” jelas Bongkeng. (*)

Source : Kompas.com

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest