Siswa SMA Al Azhar yang Berkata Kasar Pada Guru, Menangis Saat Klarifikasi

HAI-Online.com - Masih pada inget video siswa SMA Al Azhar melontarkan kata-kata kasar kepada gurunya ketika tengah berada dalam kelas, yang beberapa waktu lalu sempat menjadi viral di sejumlah media sosial nggak sob?

Gading Sumanto selaku kepala sekolah SMA Al Azhar menjelaskan bahwa video itu sebenarnya hanya hasil dubbing, dan nggak langsung dilakukan dalam ruang kelas seperti terlihat dalam video.

"Siswa tidak bersuara pada pengambilan video itu karena menurut pengakuan siswa bahwa video itu setelah malam harinya baru di-dubbing dengan suara tambahan," terang Sumanto, dikutip HAI dari Kompas.com.

Menurut Sumanto, kepastian ini sendiri didapat usai pihak sekolah melakukan konfirmasi langsung kepada siswa terkait, satu pekan setelah kejadian tersebut berlangsung.

Baca Juga : Kesulitan Saat Daftar UTBK 2019? Berikut Link Pendaftaran Baru dan Cara Mengatasinya

Sambil menangis, siswa yang diketahui masih duduk di kelas X itu mengatakan kepada pihak sekolah bahwa dirinya hanya iseng melakukan tindakan tersebut dan mengaku menyesal telah melakukan perbuatan tersebut.

Selain itu, siswa yang bersangkutan juga mengaku bahwa doi nggak memiliki masalah apapun dengan guru yang dijadikan objek kata-kata kotor dalam videonya.

"Dia ceritain enggak ada masalah apapun (dengan guru tersebut), enggak ada kejadian apapun, dengan guru yang bersangkutan juga enggak ada masalah," terang Sumanto lebih lanjut.

Akibat tindakannya, kedua orang tua siswa tersebut telah bertemu dengan pihak sekolah untuk menyampaikan permintaan maaf, baik secara lisan maupun tertulis, dan juga pengunduran diri sang anak dari SMA AL Azhar.

"Sebagai tanggung jawab moral, kemudian kedua orangtua tersebut menyampaikan pernyataan untuk mengundurkan diri dari Al Azhar Kelapa Gading, ingin memindahkan putranya dari Al Azhar Kelapa Gading," tutupnya.

Ya, semoga aja kejadian serupa nggak kembali terulang ke depannya ya sob! Tapi, kalau menurut kalian sendiri gimana sob, kira-kira apa sih yang menyebabkan banyaknya kasus serupa di dunia pendidikan Indonesia dalam beberapa waktu belakangan? (*)