HAI-ONLINE.COM - Ada kebiasaan unik yang sering dilakukan oleh pada umumnya remaja 80-an.
Lazimnya, sepekan sebelum 14 Februari mereka sudah memikirkan baju atau gaun barunya. Mereka kerap menghitung berapa anggaran yang mesti dikeluarkan.
Tak hanya buat menjahit pakaian berwarna pink tapi juga membeli selembar kartu dan satu buket kembang serta bingkisan menyambut Valentine’s Day.
Sebuah hari yang oleh kebanyakan remaja berduit di kota besar dianggap begitu penting artinya. Sebuah hari yang dijadikan momentum untuk mengekspesikan cinta dan kasih sayang kepada sang pacar.Pada masa itu, sambutan perayaan yang diimpor dari barat ini memang terasa kian bergema, terutama di kota-kota besar.
Sejumlah remaja pelajar menyiasati dengan perayaan kolektif bersama teman karib.
Baca Juga : Ternyata Ada Galentine, Alternatif Hari Valentine Milik Para Cewek Jomblo
Sementara itu sejumlah departement store dan pasar swalayan turut mendukungnya.
Tentu dengan menjual kartu, kado dan segala bentuk khas Valentine. Bahkan diskotek pun membuka pintu lebar-lebar dengan berbagai acara spesial.Bersamaan maraknya perayaan hari kasih sayang itu telah mengundang pro dan kontra.
Di SMA Islam Al Azhar dikeluarkan edaran buat para orang tua siswa. Isinya agar sebagai muslim tak terlibat perayaan hari Valentine.
Edaran itu bahkan merinci sejarah dan perkembangan hari Valentine yang memang bukan dari tradsi Islam.Suara yang kontra pun tak kalah kerasnya, di mana SMA 2 Surabaya mencap hari Valentine adalah sesuatu yang haram.
Pihak sekolah menganggap momen tersebut lebih dipakai buat mereka yang lagi pacaran dan cenderung ke arah negatif. Berpesta di diskotek dan lantas mabuk mabukan.