HAI-Online.com -Sejauh ini, empat atlet paralayang Indonesia dinyatakan meninggal dunia setelah menjadi korban dalam bencana gempa bumi dan tsunami yang menimpa daerah Donggala, Palu, dan sekitarnya pada Jumat lalu (28/9).
Namun, Tuhan nampaknya memiliki kehendak lain kepada atlet paralayang lainnya yang kala itu juga tengah berada di Palu, Wahyu Widodo.
Berbeda dengan nasib rekan-rekannya, Wahyu berhasil menyelematkan diri dari bencana tersebut setelah nggak ikut menginap di Hotel Roa-Roa, tempat atlet paralayang lainnya tinggal selama gelaran Palu Nomoni 2018.
Dilansir dariKompas.com, Wahyu sendiri telah tiba di kota Palu empat hari sebelum gempa bumi mengguncang, atausatu hari jelang turnamen Palu Nomoni digelar pada hari Selasa lalu (24/9).
“Baru keesokan harinya, saya dan rekan-rekan mulai ikut kompetisi Indonesia Open Paragliding Palu Nomoni,” ujar Wahyudi.
Baca Juga : Setelah Bencana Alam, Ditaruh Ke Mana Sih Puing-Puing Bangunannya?
Wahyudi menceritakan bahwa pada waktu itu, dirinya berencana untuk juga ikut menginap di hotel Roa-Roa bersama atlet paralayang lainnya, namun akhirnya doi lebih memilih untuk tidur dihomestay.
"Waktu itu saya menginap di homestay, dan sebagian atlet ada yang menginap di Hotel Roa Roa yang runtuh akibat gempa. Awalnya, aku juga mau menginap di situ, tapinggak jadi," terang atlet paralayang itu.
Saat terjadi gempa, atlet asal Bondowoso itu sedang berada di kamar hingga akhirnya dia keluar karena merasakan guncangan sangat kuat dan berlari keluar saling berpegangan dengan rekan-rekannya.
“Gempanya sangat kuat, akhirnyaaku lari keluar dari tempat penginapan. Guncangannya sangat dahsyat, untuk berdiri saja susah. Saat di luar, aku dengan teman-teman sempat saling berpegangan melingkar, namun kami terjatuh,”tambahnya.
Baca Juga : Apple dan Google Masing-Masing Sumbang 1 Juta Dollar Untuk Korban Gempa Palu-Donggala
Ketika tengah berlari menyelamatkan diri, Wahyudi mengatakan bahwa suasana saat itu sangatlah mencekam karena listrik mati, sinyal ponselmenghilang, ditambah warga yang berhamburan karena mengira akan timbul tsunami.
Selama di jalan, dia dan teman-temannya melihat banyak jalan aspal terbelah, selain itu banyak pohon dan rumah roboh serta warga yang berlarian sambil menangis guna menyelamatkan diri.
“Pokoknya waktu itu sangat mencekam. Aku bersama dengan teman-teman naik ke daerah namanya Porame. Aku bersama-sama warga yang lain, akhirnya beristirahat di lapangan terbuka,” terangnya.
Keesokan harinya, Wahyudi dan sejumlah atlet lain yang selamat dievakuasi ke Makassar untuk mendapatkan perawatan sebelum akhirnya diterbangkan menuju ke kota Malang.
“Aku sempat menginap di Makassar, karena ada rekan kami yang mengalami luka-luka, dan harus dirawat dulu di rumah sakit. Aku jugasempat menginap sehari di Malang, dan baru sampai di Bondowoso Senin kemarin (1/9)," tambah Wahyudi.
Ngeri banget ya sob, nggak bisa bayangin deh gimana kalo kita yang ada di posisi Wahyudi dan teman-temannya waktu itu.
Kita doakan saja semoga Wahyudi dan teman-temannya bisa cepat pulih dari kejadian yang menimpannya, dan korban meninggal diberikan tempat terbaik di sisi-Nya, Amin. (*)