#kaleidoskopHAI Ini Dia 10 Film Indonesia Terbaik 2017

Jumat, 29 Desember 2017 | 09:00
Hai Online

Kaleidoskop HAI 2017

HAI-online.com -Menyebut bahwa di tahun ini film Indonesia makin baik kayaknya salah banget. Soalnya, menurut HAI, film Indonesia emang sudah keren kualitasnya sejak beberapa tahun belakang ini. Bukan dari tahun ini doang.

Walau tiap kali Marvel rilis film baru, langsung menyita banyak studio di bioskop tapi film Indonesia juga selalu sukses menyita perhatian kita. Meme Thanos kalah viral dibanding meme Pengabdi Setan, bisa jadi buktinya.

Pokoknya, tahun ini HAI lebih seneng ke bioskop untuk nonton film Indonesia. Sementara nonton film baratnya, streaming aja, deh, sambil naik ojek atau desek-desekan di commuter line, juga nggak apa-apa.

Menurut catatan Filmindonesia.or.id tahun 2017 ada sekitar 112 film yang rilis. HAI tentu nggak nonton semuanya, tapi tetep mantau berita dan ulasannya. Nah, ini dia 10 film lokal yang menurut HAI berkesan dan penting. Kalau kamu nggak sempat nonton di bioskop, tenang, hampir semuanya udah tersedia di berbagai layanan streaming resmi, kok. Sikat!

Banda: The Dark Forgotten Trails

Film Banda

Banda menyimpan banyak cerita di balik keindahannya itu. Pembataian massal dan perbudakan pertama di Indonesia tuh terjadi di Banda, fyi. Di abad pertengahan, Banda diperebutkan karena jadi satu-satunya tempat pohon pala tumbuh. Belanda bela-belain ngusir Inggris untuk bisa menguasai Banda.

Banda menawarkan gaya baru dalam film documenter. Gambar-gambar yang diambil artsy abis, bro! Banda bukan cuma ngasih kita cerita sejarah, tetapi juga ngajak kita untuk lebih cinta dan ngejaga kekayaan Tanah Air, bukan cuma keindahan alamnya.

O ya, di sini Reza Rahardian membuktikan diri bahwa tanpa terlihat sekalipun di film, ia bisa tetap memainkan peran dan menghanyutkan penonton cuma dengan suaranya.

Filosofi Kopi 2: Ben & Jody

Kesukaan kita terhadap kopi terus berlanjut. Selain jadi YouTuber, membuka coffee shop juga sering jadi cita-cita anak muda sekarang ini. Tapi Filosofi Kopi 2 penting bukan cuma karena sukses merayakan fenomena itu.

Filkop 2 ngasih ide baru untuk bisnis kopi: keliling dengan Combi ke berbagai kota dan kolaborasi dengan seniman-seniman biar filosofi saat nyeruput kopinya lebih berasa.

Kamu-kamu yang berencana buka usaha baru, kisah jatuh bangun Ben dan Jodi membesarkan Filosofi Kopi, bisa jadi kuliah yang paling menyenangkan. Apalagi dibalut dengan drama dan cerita cinta yang asoy.

Salut juga dengan segala kampanye promosinya dan kolaborasi dengan musisi dan para senimannya.

(BACA JUGA:INILAH BAND INDIE, ALBUM MUSIK DAN FILM LOKAL TERBAIK 2017 PILIHAN HAI)

Galih dan Ratna

Sebagai film remake, Lucky sang sutradara tahu banget gimana caranya membawa latar cerita ke masa sekarang sambil tetep menghadirkan sensasi masa lalu. Kita bisa melihat pertemanan yang melihat kualitas sesamanya dari jumlah followers Instagram, murid yang ngevlog di sekolah, tapi ada juga cowok penjaga toko kaset warisan bokapnya yang masih mendengarkan lewat walkman, dan suka dengar lagu-lagu lawas.

Sebagai cerita cinta, Galih dan asik banget dan kebanyakan gula untuk menjadi manis. Film ini sukses bikin seneng cowok penyuka musik dan ngasih harapan ke cowok pendiem, idealis, nan melankolis untuk tetep punya cewek berfollowers 20.000. Di sini, Ratna duluan yang ngegebet Galih.

Nilai plus HAI kasih untuk segala gimmick yang disuguhkan tim film dari mulai saat promosi hingga soundtrack-nya. Salut!

Kartini

Sementara film Surat Cinta untuk Kartini yang tayang 2016 menampilkan Kartini yang lembut dan kerap melankolis, film Kartini menampilkan sosok Kartini yang berapi-api, revolusioner, dan juga nyeleneh. Ketika diucapkan oleh Dian Sastro, kalimat “Tubuh boleh terpasung tapi jiwa dan pikiran harus terbang sebebas-bebasnya” terasa lebih jleb!

Film ini juga ngajarin kita bukan cuma untuk kritis terhadap tatanan sosial dan nggak gampang nerimo dengan keadaan, tetapi juga bergerak untuk bawa perubahan.

Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak

Marlina tayang berdekatan dengan Justice League, tapi menurut HAI, sih, Marlina jauh lebih seru dan penting untuk ditonton dari pada om-om dan tante superhero itu. Marlina nggak butuh kekuatan super untuk bisa melawan ketidakadilan pada wanita. Untuk yang belum tahu, film Marlina bercerita tentang perjuangan tokoh Marlina yang hendak diperkosa oleh tujuh orang.

Film Marlina muncul di saat isu pelecehan seksual santér muncul jadi berita. Mouly Surya lewat filmnya ini seolah sekalian bersuara melawan kasus itu sekaligus mengingatkan kita bahwa cewek itu sama kuat dan nggak ada alasan untuk merendahkannya.

Night Bus

Dari namanya cuma ketangkep kesan seramnya saja. Tapi, yang ditawarkan film ini bukan cerita aksi menegangkan belaka, tetapi juga konflik politik, drama percintaan, dan komedi.

Setelah nonton film ini, kamu akan bertanya-tanya “kemana aja gue selama ini, ternyata di Aceh sana, konflik begitu hebat den meresahkan orang-orang. Gue boro-boro bertindak, tahu aja nggak.”

Kalau ada pemutaran resminya lagi, kamu wajib nonton, bro! Pesan HAI, jangan terlalu masukin ke hati masalah visual efeknya. Hehe.

Pengabdi Setan

Pernah liat puluhan orang teriak-teriak bareng selain di wahana Dufan? Itu terjadi di setiap bioskop yang muterin Pengabdi Setan. Gimana nggak, Pengabdi Setan mewujudkan ketakutan yang biasanya bisa kita hiraukan: setan ngetok-ngetok jendela, setan yang menyusup ke dalam mukena saat kita solat, dan sumur angker yang jadi pintu masuknya setan ke rumah.
Plot twist film ini juga bikin kita sebel karena ada sejulmah scene yang bikin mikir “kirain udah mau selesai nih tegang-tegangnya” atau “Lah, ternyata si tokoh itu jahat, toh.” Atau. “Pantesan kakak adek nggak ada mirip semua” atau “Eh, kok pocongnya kece, mau OOTD nih.”
Salut juga untuk Joko Anwar dan timnya paham banget cara berinteraksi dengan netizen budiman haus umpan kreativitas dan suka becanda
Posesif

Di menit-menit pertama film, HAI udah kagum sama sinematografinya. Kalau kata anak-anak Instagram, mah, film ini sinematografinya aestetik abis. Apalagi saat adegan berlatar tempat di kolam berenang.

Dari segi cerita, Posesif menarik karena dia nggak menjadi romantisme cinta Lala yang baru pertama kali pacaran dan Yudhis yang mencari cinta abadinya, sebagai menu utama, melainkan kekusutan hubungan yang terjadi di remaja yang jiwanya pun sedang penuh gejolak.

Di dunia nyata, mungkin kita bakal ngerasa melanggar norma kalau ikut campur ke masalah pacaran temen kita. Tapi, di film ini kita diajak ngajak kita untuk ikut campur ke dalam sebuah toxic relationship. Nggak sehat. Menurunkan produktivitas. Dan ini sangat nyata terjadi di kita atau temen-temen kita, kan? Setelah nonton film ini kamu mungkin akan inget-inget seberapa banyak temenmu yang udah jarang ekskul atau ikut bimbel setelah punya pacar.

Turah

Turah mengangkat kehidupan dari daerah yang jarang diceritakan, Kampung Tirang, Tegal. Bahasa yang digunakan pun bahasa Tegal. Itu salah satu alasan mengapa film ini penting. Anak-anak muda yang akrab dengan budaya pop jadi tahu, Tegal itu bukan cuma warteg dan aksen bahasanya yang unik.

Kita jadi merasakan gimana rasanya tinggal di daerah tanpa listrik, ikut sebal seperti tokoh Jedag saat menghadapi juragan Darso yang semena-mena mengklaim tanah dan memperbudak warga dan kagum dengan sosok Turah yang bisa jadi penengah masalah.

Ziarah
Bagi HAI, Ziarah adalah film cinta-cintaan yang paling membekas tahun ini. Kalau kamu pernah dengar istilah cinta mati, maka itu terwujud di cerita antara Mbah Sri dan suaminya.
Di film, Mbah Sri (Ponco Sutiyem) yang sudah berusia 95 tahun ini berkelana ke sana ke sini untuk mencari tempat dimakamkan suaminya yang diduga tewas pada Agresi Militer Belanda. Di perjalannya, Mbah Sri bertemu dengan para saksi sejarah. Udah gitu, akhir filmnya itu, lho. Bikin lega, sih, tapi meninggalkan banyak pertanyaan.
Sekali-kali, kita memang perlu nonton film cinta mereka yang sudah berusia senja. Beda dengan cerita cinta remaja, cerita cinta mereka sudah teruji puluhan tahun, bro.

Editor : Rizki Ramadan

Sumber :

Baca Lainnya