Pelajar Diajak Jadi Pahlawan Lingkungan di Program CarbonX dan Yayasan Indonesia Indah

Minggu, 29 Mei 2022 | 06:50

Menanam pohon mangrove

HAI-Online.com– Pelajar di 30 sekolah diajak untuk ikut program mitigasi penyelamatan lingkungan.
Nggak cuma belajar teori akan tapi juga dilibatkan menanam 1 juta mangrove untuk penyelamatan alam.
Yap, sebagai upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan lingkungan di Indonesia, pengembang aset karbon asal Indonesia, CarbonX, bekerja sama dengan Yayasan Indonesia Indah (IIF) mengadakan program pendidikan bernama “Saya Pahlawan Lingkungan” yang diluncurkan secara resmi pad tahun 2019 lalu dan telah diuji coba di 30 sekolah nasional di area Jakarta.
Program bersama dengan CarbonX ini dimulai pada bulan Mei 2022 dan terus berkembang ke area Jakarta Utara.
Hingga, setelahnya direncanakan pula untuk merambah ke daerah lain di mana pendidikan lingkungan sangat dibutuhkan, seperti akan masuk ke beberapa pedesaan di Samarinda dan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dan direncanakan untuk diperluas ke beberapa lokasi CarbonX di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Suka Bergerombol, Aturan Pelonggaran Masker Tidak Berlaku Bagi Pelajar di Jawa Tengah
Nah, program ini diharapkan dapat berkontribusi membantu Indonesia untuk mencapai target nol emisi karbon.
Seperti diketahui, pada konferensi COP26 di Glasgow, Indonesia telah mengumumkan targetnya untuk mencapai nol emisi karbon pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat.
Dalam rangka mencapai rencana ini, ahli lingkungan percaya bahwa usaha untuk mendorong pendidikan lingkungan perlu ditingkatkan di seluruh wilayah negara.
Program “Saya Pahlawan Lingkungan” menjadi salah satu yang berupaya untuk mengajarkan keberlanjutan lingkungan kepada anak-anak sekolah di segala usia, mulai dari prasekolah hingga sekolah menengah kejuruan.
Baca Juga: Viral Mesin Nikuba; Alat Pengubah Air Jadi Bahan Bakar Ternyata Misleading
Tujuan program adalah untuk memenuhi tingkat kesadaran yang sangat dibutuhkan pada isu-isu lingkungan, khususnya mengenai Air, Limbah, Makanan, hingga Energi.
Program ini menggunakan silabus yang dibuat khusus dalam bentuk buku panduan, yang telah disetujui untuk penggunaan intrakurikuler oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Nggak cuma muridnya, para guru pun diberikan alat untuk mendidik lebih baik mengenai keberlanjutan lingkungan, misalnya melalui penggunaan empati, yang terbukti mengembangkan peserta didik yang lebih baik, yang lebih terlibat dan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap materi pelajaran.
Co-Founder dan Presiden Komisaris CarbonX, Pandu Sjahrir percaya bahwa pihaknya dan IIF punya visi yang sama untuk menjadikan masa depan Indonesia lebih baik.
“Saya percaya bahwa saat menerapkan program keterlibatan sosial, sangat penting untuk memiliki mitra dan tim yang tepat. Kami merasa CarbonX dan IIF bersama-sama memiliki semua hal yang diperlukan untuk membuat dampak yang berarti di Indonesia,” ungkap Pandu dalam siaran tertulisnya, Rabu (25/5/2022).
Untuk memitigasi dampak perubahan iklim, program ini juga berkomitmen untuk menanam satu pohon mangrove per anak.
Harapannya, program ini akan bisa menjangkau 1 juta anak selama lima tahun ke depan yang artinya akan ada satu juta mangrove ditanam.
Pohon mangrove adalah penyerap karbon yang sangat besar dan menyediakan habitat penting bagi ikan remaja dan kehidupan laut yang terancam punah.
Mangrove juga mampu melindungi wilayah pesisir dari erosi dan abrasi – masalah yang banyak dialami oleh masyarakat pesisir di Indonesia.
Baca Juga: GiatSuarakan Isu Lingkungan, Leonardo DiCaprio Diabadikansebagai Nama Pohon Langka
Untuk tahap pertama, akan ditanam pohon pada bulan Agustus di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, daerah yang telah mengalami degradasi mangrove dan erosi pantai.
Nah, CarbonX dan IIF berkomitmen untuk mendukung rencana restorasi mangrove Indonesia di masa depan. Nggak cuma aksi, kolaborasi keduanya juga memasukkan informasi mangrove dan penyelamatan lingkungan sebagai bahan atau subjek edukasi lingkungan dalam.
“Kurikulum sekolah nasional Indonesia tidak memiliki silabus khusus mengenai keberlanjutan lingkungan,” kata Angela Jelita Richardson, Pendiri dan Ketua Yayasan Indonesia Indah.
Sebaliknya, subjek pendidikan lingkungan menyatu dalam mata pelajaran yang berbeda, seperti studi agama Islam atau biologi.
Angela yakin ada masalah seputar kualitas pendidikan lingkungan yang diterima di sekolah-sekolah nasional.
“Kurangnya keterlibatan dan minat guru serta minimnya buku pendidikan tentang pendidikan lingkungan untuk guru dan siswa adalah salah satu masalah utama yang ingin kami atasi,” katanya lagi.
Sementara Co-Founder dan CEO CarbonX, Ken Sauer menyampaikan, “Beberapa jaringan lokasi CarbonX memiliki arti bahwa keterlibatan lokal dan jangkauan sosial di lapangan adalah elemen pendorong untuk penerapan program restorasi mangrove jangka panjang.
"Bersama dengan IIF, kami merasa bahwa kekuatan kami selaras dalam misi nol emisi karbon dan dapat mendukung hal tersebut.” ucapnya lagi.
“Misi CarbonX untuk berinvestasi dan mengembangkan aset berdampak besar. Dengan kemitraan bersama IIF, kami yakin bahwa kami dapat meningkatkan kesadaran sosial dan komponen keterlibatan terkait keberlanjutan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mencapai Net Zero,” lanjutnya. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya