Pro Sekolah Tatap Muka 100 Persen Digelar: Learning Loss itu Nyata, Literasi Pelajar Menurun

Selasa, 04 Januari 2022 | 10:39
All gifted

Ilustrasi PTM Terbatas di Kampus

HAI-Online.com- Hampir dua tahun pandemi di Indonesia melanda, selama itu juga pembelajaran tatap muka (PTM) tidak dilangsungkan, banyak sekolah yang ditutup. Sebagiannya sanggup menggelar kelas online (PJJ) namun sebagian lain tidak bisa melakukannya karena terkendala jaringan.

Aturan PTM terbaru (Januari 2022) membolehkan kegiatan sekolah tatap muka digelar 100 persen. Namun keputusan itu menimbulkan pro dan kontra.

Salah satu yang pro PTM 100 Persen adalah Ketua Komisi X DPR RI Saiful Huda. Dikutip dari KompasTV pada Selasa (4/1/2022), ia mengungkapkan bahwa, sekolah tatap muka 100 persen dilakukan karena secara kualitas maupun kuantitas di semua satuan sekolah telah terjadi kemunduranproses akademik atau learning loss.

"Learning loss tidak lagi cuma ancaman, tetapi memang sudah nyata terjadi di lapangan,” katanya.

Baca Juga: Blending Learning untuk Pelajar 2021, Sekolah Harus Menyenangkan Seperti Ini

Oleh karena itu, Komisi X DPR RI mengaku sejak November 2021 tela berdiskusi mencari solusi atas persoalan tersebut dengan pihak Kemendikbud Ristek.

Sehingga, putusan PTM 100 persen dipastikan bukan suatu hal yang mendadak.

"Sudah terus digodok oleh Kemendikbud dan Komisi 10 sejak bulan November, pada bulan November kita sudah memberikan semacam aba-aba awal bahwa Januari bagusnya memang kalO tidak ada kenaikan penularan covid-19 lebih baik tepatnya dilakukan pembelajaran tatap muka 100%,” kata Saiful Huda diSapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Selasa ini.

Bukan tanpa sebab, Komisi X DPR RI mendesak segera dilaksanakannya PTM 100 Persen itu menurutnya dari hasil survei berbagai lembaga pun menyatakan tingkat literasi Indonesia menurun drastis.

"Dari sebelum pandemi 139 basis poin, setelah pandemi ini tinggal 77, ini di level literasi, numerasinya juga mengalami penurunan cukup drastis sekali,” terang Saiful Huda.

“Artinya memang kalo tidak secepatnya pembelajaran tatap muka kita (laksanakan) akan mengalami learning loss yang semakin parah tahun-tahun berikutnya,” tambah Saiful Huda.

Baca Juga: Berlaku Januari 2022, Ini Aturan Baru Sekolah yang Boleh Tatap Muka 100 Persen

Menurutnya juga, pembelajaran jarak jauh (PJJ) bukanlah model yang terbaik bagi pelajar Indonesia untuk mendapatkan ilmu pelajaran.

“Kami juga sering menyampaikan kenapa Kemendikbud tidak bisa menjadikan PJJ sebagai model terbaik. Jujur harus diakui pada level itu Kemendikbud mengaku pengalaman setahun setengah ini belum bisa dijadikan evaluasi dan lalu memperbaiki sistem pembelajaran jarak jauh,” ujarnya.

Karena itu meski masih menimbulkan kontroversi karena hadirnya varian omicron, Saiful Huda tetap merekomendasikan PTM segera dilakukan 100 persen.

“Nah karena itu sekali lagi ini pilihan sulit dan akhirnya diputuskan langsung 100 persen tentu sekali lagi ini sifatnya yang walaupun wajib tapi bagi sekolah lagi-lagi yang tidak/ belum siap ini masih bisa pada posisi opsional terus menyesuaikan sampai 2 sampai 3 bulan ke depan,” tambahnya.

Tak cuma membahas posisi literasi dan learning loss pelajar RI, Saiful Huda menuturkan Komisi X DPR RI mendapatkan aspirasi dari orangtua siswa terkait penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

“Di mana orang tua siswa untuk kelas menengah bawah relatif sudah tidak sanggup lagi untuk menyelenggarakan pendidikan di rumahnya masing-masing,” ujar Saiful Huda.

Baca Juga: Siswa Yakin Sekolah Offline Bikin Belajar Lebih Efektif, tapi Siapin Fasilitas Ini Dong di Kelas!

“Nah aspirasi orang tuanya ini tinggi sekali mencapai 80 persen yang berkehendak, berkeinginan supaya pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan langsung di sekolah,” ungkapnya lagi.

Bagaimana pendapat kamu, masih sanggup PJJ atau siap PTM lagi tapi tak seperri dulu, karena harus dengan prokes. (*)

Tag

Editor : Al Sobry