HAI-ONLINE.COM - Nggak perlu kalimat bertele-tele untuk mendeskripsikan Fraud sebagai kendaraan bagi musik ekstrim yang paling ciamik, terutama untuk skena musik bawah tanah Surabaya.
Sebelum bercerita lebih lanjut, intisari cerita band metallic hardcore tersebut pada tulisan ini memang banyak berpusat pada sosok Keceng; original member dari Fraud yang dibentuknya bersama Soullamb (bass) sejak 2011 lalu.
Terbentuknya Fraud adalah hasil keresahan dari Keceng yang sudah malang melintang di berbagai band ekstrim Surabaya, doi merasa kurang terpuaskan dengan kiprah bermusiknya yang stagnan.
Untuk validasi cerita ini, HAI beruntung bisa menemui langsung teman-teman dari Fraud di sebuah coffee shop milik sang vokalis Bayu di Surabaya Timur, Selasa (26/10).
Di pertemuan ini, Keceng (gitar), Soullamb (bass), Bayu (vokal) minus Rama (drum) bercerita panjang lebar mengenai kiprah mereka sebagai band hura-hura menjadi sebuah grup musik suka duka.
Memasuki medio 2008-2009, Keceng memutuskan untuk cabut dari band death metalnya, Vendetta untuk mencari ilham ke arah Barat.
Kota Bandung menjadi jujukan Keceng untuk “menemba ilmu” penting dalam membentuk sebuah band yang berasaskan kolektif dan persaudaraan kuat.
Dirinya harus berjibaku di tanah perantauan untuk menjalin kembali hubungan baik dengan nama-nama prominen seperti Alm. Eben ataupun Hardy Nyank-Nyank (ex Outright, Taring) yang sudah terbangun sebelumnya.
Berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, Keceng harus menakar kerugian yang cukup lumayan untuk perjalanan studi bandingnya di kota kembang tersebut, tidak hanya biaya tentunya, melainkan juga merelakan hasratnya untuk bermusik dalam waktu yang cukup lama.
“Aku belajar sambil bantu-bantuin temen-temen di Bandung pas mereka manggung. Dari situ aku bisa memperoleh banyak ilmu yang bisa aku tularkan buat temen-temen di Surabaya,” seloroh Keceng saat ditemui oleh HAI.
Selepas dari Bandung menuju kepulangannya ke Surabaya, Keceng membawa banyak informasi dan ilmu berharga yang dibawa serta bersama semangat dan motivasinya yang membara.
Dari bekal penting yang didapat melalui perjalanannya tersebut, Keceng bersama Fraud menjadi pusat informasi bagi rekan-rekan dan keluarganya di Surabaya untuk membentuk sebuah grup musik yang proper.
Usaha Keceng yang sangat membara ini tentu mendapatkan respon positif, baik dari personel Fraud ataupun rekan-rekannya yang tumbuh bersamanya di kolektif Surabaya Hardcore.
Baca Juga: The Next BSD Metal: KAPITAL, Meraung dari Tenggarong, Siap Terkam Nusantara
Perlu diketahui, kultur hardcore di Surabaya terpatri sangatlah kuat sejak era 90-an awal dan soliditas mereka sudah nggak perlu dipertanyakan kembali.
Elemen-elemen ini yang kemudian melebur menjadi satu dan membawa Fraud menjadi sebuah badan tubuh yang didamba-dambakan olehnya dan Soullamb.
Tiga album penuh yang dimulai dari ‘No Fans Just Friend’ (2013), ‘Movement Before Mouthmen’ (2015), dan yang paling terakhir adalah ‘Sanctuary’ yang dilepas pada tahun lalu via Blackandje Records.
Kedua album terakhir, Fraud sudah dihuni oleh formasi terbaru yang paling solid yakni Keceng (gitar), Soullamb (bass), Bayu (vokal), dan Rama (drum).
Lantas apakah pencapaian Fraud melalui tiga album penuh tersebut yang tolak ukur penting kenapa mereka adalah the next BSD? Tentu saja tidak.
Kalo mau menelisik kembali ke sejarah dan juga pergerakan yang sudah dilakukan oleh Keceng dkk bersama Fraud; apa yang mereka lakukan sangatlah mirip dengan Burgerkill di kacamata HAI. Apa aja hal-hal tersebut? Ada empat poin penting yang bisa jabarkan di bawah:
Baca Juga: The Next BSD Metal: Bonga! Bonga!/DarkSovls, Corak Baru Dari 'Si Itu-itu Lagi'
- Seluruh personel dari Fraud saat ini tumbuh besar di kolektif yang sama sedari mereka masih menginjak usia dewasa muda. Berkat soliditas yang sudah dipupuk dari kolektif hardcore yang amat kuat, potensi dan semangat dari Fraud tidaklah terbendung.
- Melalui seluruh pencapaiannya, Fraud berhasil membuka lapangan pekerjaan dan kesempatan baru bagi kawan-kawan di sekelilingnya. Contoh yang paling simple adalah: sampai saat ini Fraud memproduksi seluruh merchandisenya secara mandiri, sehingga membutuhkan banyak tenaga dari rekan-rekan terdekat yang dipercaya. Tentu ini belum termasuk event akbar Brotherground Festival yang nanti akan dijelaskan di variabel berbeda.
- Fanatisme penggemar yang merata di seluruh Indonesia. Meski tidak memiliki sebutan secara resmi, Para “predator” (sebutan fans Fraud) ini dapat dengan ajaib merubah panggung sepi menjadi sangat beringas.
Untuk memperkuat pandangan dari HAI di atas, perlu mengutip sedikit petuah dari Kang Man Jasad yang ditemui oleh HAI pada Minggu (24/10), “Kalo kita membangun band dari bawah secara konsisten, semua nangis darah (re: pengorbanan) yang ada bakal terbayar tuntas nantinya, meski tidak akan terasa secara instan,” jelasnya merujuk pada pengalamannya di kolektif Ujungberung yang dimulai pada 1990-an silam.
Kang Man emang nggak menyebutkan langsung nama Fraud sebagai grup potensial yang bisa sebesar trio BSD – bahkan dirinya juga belum berani untuk menyebutkan kandidat lain untuk urusan ini – karena baginya, semua band memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sukses seperti BSD.
Tapi kalo kita melihat kembali tiga aspek penting di atas, HAI menganggap bahwa kiprah Fraud yang baru berusia 10 tahun ini bahkan bisa melampaui pencapaian Burgerkill nantinya.
Bukti yang paling nyata adalah Brotherground Festival, sebuah festival musik ekstrim yang berpusat di Surabaya untuk menjadi wadah bagi band-band baru yang ingin unjuk gigi.
Baca Juga: The Next BSD Metal: Voice of Baceprot, From Garut to Wacken
Siapa bidan sekaligus ibu dari festival tersebut? Tentu saja Fraud. Brotherground Festival pertama pada 2015 sejatinya adalah pesta pelepasan album kedua dari Fraud saat itu.
Gayung bersambut, kesuksesan festival yang digelar secara rutin ini membawa Brotherground menjadi festival musik ekstrim yang sudah bisa dianggap setara dengan Hellprint Festival atau bahkan Hammersonic.
Apakah cukup sampai di situ? Ketiga personel Fraud yang hadir kompak dengan tegas mengatakan tidak. Bahkan mereka menganggap pencapaian ini belum mencapai 50% kesuksesan yang mereka inginkan.
Energi, motivasi, dan ambisi yang dibawa oleh Fraud ini kemudian menjadi selaras dengan visi terbentuk mereka sejak awal yakni, “untuk memantik teman-teman lain di Surabaya agar berkarya sebagus mungkin, bisa senang-senang bersama. Hardcore is nothing but brotherhood,” imbuh ketiganya secara serempak.
Melalui pemahaman tersebut, sepertinya memang ada kemiripan unik yang dibawa oleh Fraud – Keceng khususnya – dengan trio BSD; aktifnya Keceng sebagai sosok playmaker yang getol mencari ruang ini sangatlah penting di samping pekerjaannya sebagai gitaris Fraud, hal mirip juga dilakukan oleh mendiang Eben, Stevi Item, dan juga Ricky Siahaan.
Kalo kemarin HAI ibaratkan Stevi sebagai seorang regista dalam analogi sepak bola, Keceng lebih memiliki peran yang mirip dengan trequarista; doi nggak hanya pandai dalam membaca ruang tapi juga lihai untuk mengeksekusi berbagai keputusan penting bagi bandnya tersebut.
“Kadang aku yo nyadar mas nek kelakuanku ancen nggatheli, tapi fair dan beralasan lah. Soale nek gak ngono yo gak dadi dadi iki aku nggawe band (kadang aku juga sadar kalo kelakuanku emang b**gsat, tapi harus beralasan dan tetep fair. Karena kalo sikapku nggak gini ya band ini bakal jalan di tempat),” pungkasnya mengakhiri.
Artikel ini adalah bagian dari rangkaian tulisan HAI soal band metal calon penerus trio BSD (Burgekill, Seringai, DeadSquad). Selengkapnya klik di sini.