HAI-Online.com – Apakah belakangan ini kalian sering ngerasa kehilangan tujuan, mimpi, dan merasa lelah dengan hidup? Atau sering ngerasa nggak percaya sama diri sendiri?
Nah jika kalian mengalami hal-hal tersebut, bisa jadi kalian lagi ngalamin yang namanya quarter life crisis.
Namun kalian nggak perlu khawatir dan ngerasa sendirian kok karena fase ini memang biasa terjadi pada anak muda yang sedang bingung akan arah dan tujuan hidup.
Terkait hal ini, Psikolog Klinis Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Azri Agustin mengungkapkan, quarter life sendiri merupakan usia pada masa paruh baya yaitu 18-30 tahun.
Masa ini merupakan masa transisi dari fase remaja ke fase dewasa.
“Pada masa transisi ini juga ada tugas perkembangan misalnya mulai mandiri, ada tugas untuk mengembangkan karier seperti dimulai dengan memilih pendidikan, menyelesaikan, dan memilih karier untuk ditekuni,” ujar Azri, dilansir dari laman resmi UGM, ugm.ac.id.
“Di samping itu, juga ada tuntutan dari lingkungan untuk mulai menemukan pasangan, membentuk keluarga, dan diharapkan bisa mapan secara finansial,” imbuh dia.
Baca Juga: Ghosting, Perilaku Ngeselin yang Ternyata Nggak Cuma Berlaku di Ranah Percintaan
Menurut Azri, quarter life akan menjadi quarter life crisis jika ada ketimpangan antara tuntutan tugas perkembangan pada masa transisi dengan kemampuan kita untuk mengatasinya.
Tanda seseorang lagi terkena quarter life crisis
Ia menyebutkan ada beberapa tanda seseorang sedang mengalami quarter life crisis.
1.Mereka akan mulai ragu dengan kemampuan diri kita sendiri seperti bertanya, “Apakah gue bisa, jangan-jangan gue gagal?” dan pertanyaan semacam itu, terus terulang di dalam benak seseorang.
2. Ngerasa nggak termotivasi dan mulai ada kekhawatiran atau cemas terhadap masa depan.
3. Mulai kecewa dengan pencapaian yang sudah didapat hingga mulai mempertanyakan tujuan hidup seperti untuk apa mereka hidup dan dihadirkan di dunia ini.
“Kalau krisis ini terus-terusan nggak tertangani maka akan menjadi gangguan kesehatan mental yang lebih berat misal cemas atau anxiety, terlalu khawatir, dan takut. Jika kita menilai diri sendiri nggak memiliki kemampuan, nggak berharga, maka ini akan menjadi indikasi bahwa orang mempunyai depresi,” jelas Azri.
Baca Juga: Jangan Berlarut-larut dalam Kesedihan, Ini 4 Tips Menghadapi Fase Quarter Life Crisis
Azri melanjutkan, di tahap anxiety atau cemas, mereka akan khawatir terhadap hal-hal yang dianggap menjadi sumber ancaman.
Alhasil, muncullah ketegangan motorik—merasa tegang, nggak nyaman, gelisah, detak jantung meningkat), kewaspadaan yang meningkat dan penurunan konsentrasi.
Hal itu bisa berujung menjadi depresi yang ditandai dengan tiga gejala utama yaitu murung atau sedih berlebihan, hilang minat dan gampang lelah.
“Gejala ini menetap, setiap hari ada, bangun tidur sudah merasa lelah, merasa sedih terus bahkan menangis, lalu nggak minat untuk makan, belanja, beraktivitas dan jika gejala ini menetap sampaiduaminggu bisa dikatakan sebagai depresi,” ujarnya.
Meski begitu, ia mengungkapkan bahwa quarter life crisis merupakan hal yang lumrah.
“Untuk menghadapi quarter life crisis, fokus dan komunikasikan harapanmu, kendalamu, dan komunikasikan dengan orang sekitar karena obat terbaik adalah obat yang tersedia. Optimalkan, ada orang tua, teman, dosen, dan orang-orang yang bisa diakses untuk memetakan, memberikan fakta objektif tentangmu,” paparnya.
Jadi buat kalian udah mulai ngerasa ngalamin quarter life crisis, juga jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog atau profesional.
“Tidak perlu menunggu masalahnya menjadi rumit untuk mendatangi psikolog,” kata Azri. (*)
Baca Juga: Simak 7 Tips Atasi Quarter Life Crisis ala Praktisi Unpar!